KedaiPena.Com- Anggota Komisi IV DPR RI Bambang Purwanto mengaku khawatir dengan langkah pemerintah Indonesia yang bakal menggandeng China mengembangkan lahan sawah seluas satu juta hektare di Kalimantan Tengah.
Legislator asal Kalimantan Tengah (Kalteng) ini menilai langkah pemerintah yang akan menggandeng China mengembangkan lahan pertanian dengan teknologi penanam padi canggih hanya akan merugikan para petani.
“Kalau kerja sama dengan China pasti minta izin lahan tentu melalui korporasi. Hal ini menyebabkan persaingan dan petani kita pasti kalah,” kata Bambang, Rabu,(1/5/2024).
Bambang memandang, langkah pemerintah Indonesia menggandeng China bisa berujung kepada penguasaan lahan untuk korporasi. Ujung-ujungnya, kata dia, para petani RI hanya akan menjadi buruh tani.
“Kewajiban pemerintah Indonesia selain membangun lumbung padi ialah juga dengan meningkatkan kesejahteraan petani,” tegas Bambang.
Bambang menerangkan, bahwa saat ini teknologi pertanian di tanah air sudah bisamengembangkan produksi 5-7 ton. Namun, tegas dia, pendampingan kepada petani berbeda dengan kerja korporasi.
“Teknologi kita sudah punya hanya masalahnya kita juga mendampingi petani jangan dibandingkan dengan kerja korporasi sangat berbeda,” ungkap Bambang.
Politikus Partai Demokrat ini menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan bagi para petani selain menggenjot produksi pertanian.
Kesejahteraan petani, kata Bambang, perlu diperhatikan lantaran selama ini memiliki modal terbatas dalam pengembangan sektor pertanian.
“Yang jelas kalah (petani) kita adalah bibit yang produktif seperti hybrida itu kan dari China,” tegas Bambang.
Bambang menilai, banyak peneliti di Indonesia mampu dalam mengembangkan teknologi dan lahan pertanian guna menggenjot produksi memenuhi kebutuhan beras nasional 4-5 ton.
“Peneliti kita dikasih kesempatan dan biaya pasti bisa. Wong mau berharap hasil 5 ton- ha aja kok kerja sama dengan China ada apa dibalik itu. Bukankah kita sudah bisa 6- 7 ton / ha,” tegas Bambang.
Bambang optimis banyak peneliti Indonesia yang mempuni mengembangkan serta membangun sektor pertanian di tanah air. Syaratnya, para peneliti tersebut harus diberikan kesempatan.
“Tenaga ahli Indonesia yang banyak untuk apa kalau enggak diberikan kesempatan membangun negeri. Tenaga ahli Pertanian sudah banyak hasil pengkajian tinggal diberikan kesempatan,” ungkap Bambang.
“Optimalkan dulu tenaga-peneliti ahli Indonesia dan support sarana serta prasarana pertanian termasuk tenaga PPL yakin berhasil. Jangan sampai ditertawakan oleh generasi sendiri,” tambah Bambang.
Bambang melanjutkan, untuk pengembangan lumbung pangan di Kalteng sedianya juga sudah cukup bagus. Hanya saja, lanjut Bambang, irigasinya direhab sehingga membuat lambat jalannya program tersebut.
“Kalau dibuat program terpadu saya yakin hasilnya jauh lebih baik dan petani kita bisa maju,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi