KedaiPena.Com – Pentingnya, pertumbuhan para pemimpin dengan pola pikir kewirausahaan di bisnis, pemerintahan, akademisi, dan sosial budaya, membuat SociopreneurID hadir mempromosikan dan membina sosial kewirausahaan di Indonesia
Demikian hak tersebut disampaikan oleh Founder dan Executive Director SociopreneurID, Dessy Aliandrina dalam kegiatan Workshop Nasional Merdeka Belajar Seri 2 dengan tema Pembelajaran Sepanjang Hayat – A Long Life Learner, ditulis, Minggu, (12/9/2021).
“SociopreneurID itu cikal bakalnya tahun 2013, fokus kami adalah mendorong pertumbuhan sosial enterpeneurship di Indonesia. Targetnya mendorong tumbuh kembangnya cara berpikir yang menggunakan entrepeneur, baik di akademik, bisnis dan juga masyarakat,” ucap Dessy begitu dirinya disapa.
Selama ini, kata dia, pihaknya menggunakan dua cara pendekatan, yakni menggunakan entrepeneurship education dan social inovation.
Ia mengakui, pada saat mengadakan base line pada saat itu, pihaknya mendapatkan lima challenge yang terbesar di semua level pendidikan di Indonesia.
“Bagaimana mau mencetak cara berpikir entrepeneur, tetapi ada persoalan kritikal disini, bagaimana kesamaan berpikir, lemahnya pengalaman praktis, pegambilan keputusan,” tambahnya.
Dari hal itu, kata Dessy, mengakibatkan kesulitan dalam beradaptasi dengan berbagai macam perubahan.
Dari perubahan tersebut diperlukannya transportasi sudut pandang dalam sistem pendidikan, yang tadinya hanya education for scholl menjadi education for life.
“Jadi kita tahu bahwa pendidikan itu bukan hanya dapat ijazah saja tapi memang itu modal kita untuk menjalani kehidupan,” katanya.
Dengan hal itu, pihaknya memunculkan program untuk mengajak semua pihak untuk dapat mengetahui apa yang sebenarnya menjadi permasalahan dilapangan. Sehingga mereka dapat paham dan menimbulkan rasa empati.
“Karena empati itu bukan hanya individu saja tetapi ada sosial empati, sehingga mereka mau mengambil aksi dan menjadi bagian dari solusi,” imbuhnya.
Selain menumbuhkan rasa empati, ia menjelaskan, jika pihaknya juga mengenalkan bagaimana mencari dan membuat sebuah solusi. Maka dibutuhkan inovasi dalam menciptakan solusi.
“Tentunya dengan solusi yang relevan terhadap situasi dan kondisi, serta sangat efektif dalam menyelesaikan masalah. Dan kemudian juga tidak hanya belajar toolsnya saja dan skil, tetapi perubahan mindset. Sehingga mereka tahu diri, mereka siapa, bagian dari apa, dan tujuan dari keberadaan mereka,” jelasnya.
Ia menuturkan, dengan menggunakan model transformasi tersebut, pihaknya tidak hanya mengajarkan tools dan skil saja, melainkan menanamkan maindset terlebih dahulu.
“Karena tools nya akan berubah sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi mindset akan berkembang terus ketika mereka akan tahu tantangan apa dan tahu menggunakan skil apa dan tools apa,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi