KedaiPena.Com- Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDIP Rahmad Handoyo meminta pemerintah dapat menjadikan asas kehati-hatian dan keamanan parameter utama dalam penerapan vaksinasi di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Rahmad sapaanya saat menanggapi kabar adanya 29 Norwegia yang meninggal dunia dalam waktu singkat usai menerima dosis pertama vaksin Covid-19 Pfizer bersama BioNtech.
“Dimohon asas kehati-hatian, asas keamanan, asas efektifitas menjadi parameter utama termasuk di dalamnya adalah didalamnya kita harus melihat fakta yang di lapangan, kalau memang itu berisiko ya saya kira bisa di pertimbangkan dalam ini,” tegas Rahmad, Senin, (18/1/2021).
Rahmad juga menyinggung soal berbagai macam rintangan kerjasama antara pemerintah Indonesia terkait vaksin Pfizer. Yang pertama, kata Rahmad, dari sisi distribusi logistik vaksin.
“Kita harus butuh infrastruktur dan biayanya pasti sangat mahal bahwa ini menggunakan pendingin yang minus di bawah 70 derajat celcius. Ini kan butuh tantangan sendiri butuh biaya yang mahal dan tidak semua daerah bisa menyediakan atau kalau toh pemerintah menyediakan juga biayanya besar relatif butuh waktu sehingga tidak serta merta semua daerah di Indonesia tidak bisa menggunakan ini,” tutur Legislator asal Jawa Tengah ini.
Rahmad juga menyinggung pernyataan, Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir yang mengatakan bahwa Pfizer BioNtech meminta persetujuan global dengan pemerintah Indonesia.
Dalam permintaan di salah satu klausulnya yakini menginginkan adanya pembebasan tuntutan hukum jika suatu saat terdapat masalah dalam vaksinasi Pfizer.
Argumentasi dari kedua produsen farmasi global tersebut karena platform yang dibangun tersebut masih tergolong baru dan efek jangka panjang vaksin Pfizer belum bisa dibuktikan. Dampak jangka panjang dari vaksinasi dengan menggunakan vaksin Pfizer belum teruji.
“Jadi saya kira ini butuh kajian yang mendalam saya hanya berharap meskipun negara kita bangsa kita membutuhkan vaksin ya kita tidak boleh kalah (kerja sama) harus win-win , sejajarlah posisinya,” tegas Rahmad.
Meski demikian, Rahmad memastikan, mendukung penuh program vaksinasi pemerintah. Hanya saja untuk vaksin Ptfizer Biontech, Rahmad berharap, tetap ada opsi.
“Bila di belahan negara lain ada kejadian seperti Norwegia pemeribtah lerlu mepertimbamgkan kejadian di luar negeri. Perlu di buka opsi untuk kerja sama dengan yang lain jangan hanya tergantung pada satu dan dua perusahaan farmas saja,” tandas Rahmad.
Diketahui, angka kematian terkait vaksinasi(covid-19) di Norwegia telah bertambah menjadi 29. Kematian berasal dari jajaran warga berusia di atas 75 tahun yang telah mendapat dosis pertama vaksin covid-19.
Hingga Jumat kemarin, vaksin buatan perusahaan Pfizer BioNTech merupakan satu-satunya yang tersedia di Norwegia.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, Agensi Obat-obatan Norwegia mengatakan semua kematian terkait dengan vaksin ini (Pfizer-BioNTech).
“Terdapat 13 kematian yang sudah diperiksa, dan 16 lainnya masih menjalani pemeriksaan,” tutur agensi tersebut, dilansir dari laman Hindustan Times pada Minggu, (17/1/2021).
Laporan: Muhammad Lutfi