KedaiPena.Com – Anggota Komisi XI DPR RI Ahmad Najib Qodratullah menilai, target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 5,2 – 5,8 persen pada tahun 2022 tidak realistis.
“Daya beli rendah konsumsi masyarakat yang belum terlihat bergerak walaupun pemerintah telah melakukan berbagai paket kebijakan,” kata Najib begitu ia disapa, Selasa, (8/6/2021)
Terlebih lagi, kata Najib, hal itu diperburuk dengan penanganan covid-19 yang belum memuaskan, termasuk soal lambannya vaksinasi untuk masyarakat.
“Pemulihan ekonomi lebih banyak diakses oleh kelompok-kelompok tertentu yang tidak tepat sasaran. Bahkan dalam pandangan fraksi PAN yang dibacakan beberapa saat lalu perkiraannya (pertumbuhan ekonomi) adalah kisaran 2.5-3.5 persen,” papar Najib.
Tidak hanya itu, Najib juga mengaku khawatir, jika defisit belanja (APBN) tidak tertutupi oleh penerimaan negara maka pembiayaan oleh hutang akan kembali jadi opsi pemerintah.
Hal itu, lanjut Najib, diperburuk dengan rencana kebijakan pemerintah yang bersifat paradoks semisal soal kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (Ppn).
Padahal, lanjut Legislator asal Jawa Barat (Jabar) ini, pemerintah sebelumnya telah mengeluarkan paket insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
“Semua itu menurut saya adalah tindakan perencanaan yang semerawut yang pada akhirnya target-target yamg hanya jadi pajangan dan tidak pernah tercapai,” tandas Najib.
Dengan kondisi demikan, Najib menegaskan, pemerintah harus realistis dan fokus terhadap beberapa permasalahan diantaranya membangkitkan daya beli.
“Belanja pemerintah harus fokus terhadap hal yang berkaitan langsung dengan pemulihan ekonomi karena dampaknya sekarang sudah terlihat kucuran anggaran yang begitu besar tapi tidak mampu menggerakan konsumsi,” tandas Najib.
Sebelumnya, komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI akhirnya menyepakati asumsi dasar dalam kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) RAPBN 2022 yang diusulkan pemerintah.
Untuk asumsi dasar ekonomi misalnya pertumbuhan ekonomi pemerintah menargetkan 5,2-5,8%. Lalu untuk, inflasi sebesar 2-4%, tingkat bunga SUN 10 tahun 6,32-7,27% dan milai tukar rupiah Rp 13.900-15.000/US$.
Laporan: Muhammad Hafidh