KedaiPena.Com – Mantan Panglima TNI (purn) Gatot Nurmantyo berharap agar Polri benar-benar profesional dalam menangani kasus Mayjen (Purn) Soenarko.
“Perlu ada saksi ahli (yang dapat dipercaya). Semoga saja saksi ahlinya ini adalah orang-orang yang memang benar-benar murni laki-laki, sekarang kan banyak laki-laki yang agak keperempuanan gitu kira-kira,” kata Gatot seperti yang dikutip dalam wawancara dengan stasiun TV Swasta, Rabu (12/6/2019).
Gatot pun menerangkan mengapa banyak purnawirawan khususnya dari Kopassus memiliki senjata.
“Ini yang harus saya jelaskan bahwa dalam konteks ini satu hal hampir semua Prajurit Koppassus dan Taipur yang melaksanakan Operasi Sandi Yudha hampir dikatakan 50 persen dia punya senjata. Tapi entah di mana sekarang karena memang salah satu tugas Operasi Sandi Yudha itu adalah melaksanakan operasi di belakang garis lawan bukan di depan,” jelas Gatot.
“Tempat sarangnya musuh dia beroperasi, kemudian dia melipatgandakan dan melangsungkan perlawanan dari garis dalam. Jadi bayangkan dia berangkat tiga orang ke sana dengan terpisah-pisah nanti bertemu di tempat musuh kemudian dia merekrut orang-orang yang jadi musuhnya itu,” sambung Gatot.
Terkait dengan kepemilikan senjata Soenarko, Gatot mengatakan ada dua pihak pemerintahan bisa memiliki senjata gelap tersebut.
“Nah kalau kita tanya benar pelaku yang mengirimkan yang memegang senjata itu, itu yang hasil rampasan dari GAM kemudian diberikan, tidak mungkin seorang Pak Narko yang Pangdam, meninggalkan begitu saja,” ujar Gatot.
“Pasti yang mengirimkan ini adalah masuk Satgas BAIS (Badan Intelijen Strategi) atau BIN pasti itu,” tandas Gatot.
Laporan:Muhammad Hafid