KedaiPena.Com – Ada keanehan dalam harga garam sebelum dijual di level retail. Mengingat selisih harga yang dijual lumayan tinggi yakni Rp 1.000 per kilogramnya. Akibatnya pemerintah melakukan impor karena harga garam dianggap mahal.
Hal itu mengusik begawan ekonom DR Rizal Ramli. Ia mengatakan jika dibedah dan teliti dengan melihat angka-angkanya, sebenarnya tidak terlalu sulit.
“Harga garam rakyat mentah di petani antara Rp 550-650 per kilogram (kg). Harga tersebut ditambah biaya proses menjadi garam siap konsumsi sebesar Rp 600 menjadi Rp 1.200,” kata Rizal Ramli di Surabaya, Sabtu (31/3/2018).
Selanjutnya, sambung Rizal, garam dijual dengan untung 20 persen menjadi Rp 1.500 per kg. Sementara harga garam mentah impor Rp 600 per kg dan setelah diproses dengan biaya Rp 600, menjadi Rp 1.200 per kg. Tapi yang terjadi, harga garam di pasar melonjak menjadi sekitar Rp 1.600 per kg.
“Meski demikian, jika dibandingkan dengan harga mentah antara garam rakyat dengan impor tidak jauh-jauh amat, cuma selisihnya Rp 50 perkilo. Artinya tidak benar kalau garam lokal mahal,” ujar dia lagi,
Untuk melindungi petani garam, Rizal mengusulkan agar pemerintah mengenakan pajak tambahan 20 persen untuk garam impor. Namun kebijakan ditolak Australia dengan beban 20 persen.
“Kita Negara besar, kita berhak melindungi rakyat kita,” papar Rizal.
Mantan Menko Perekonomian itu menilai yang menjadi masalah adalah harga garam di level retail menjadi Rp 2.500, sehingga diduga ada permainan kartel karena selisihnya Rp 1000 dari harga garam jadi yakni Rp 1.500.
“Harga garam rakyat ditambah prosesing ditambah margin menjadi Rp 1.500. Kok bisa selisihnya Rp 1.000. Siapa yang dapat ini. Jadi marginnya terlalu tinggi,” terangnya.
Laporan: Ricki Sismawan