KedaiPena.Com- Fenomena dugaan pencucian uang sebesar Rp 300 triliun pejabat pegawai pajak dan bea cukai yang diinformasikan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan atau Menkopolhukam RI Mahfud MD akhir-akhir ini menjadi sorotan publik.
Hal ini pun turut membuat Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo angkat bicara terkait temuan dari Mahfud MD tersebut.
Romo Benny sapaanya mengatakan bahwa pernyataan Mahfud MD mengenai dugaan pencucian uang tersebut telah menimbulkan pro dan kontra tentang boleh tidaknya seorang pejabat publik mengungkapkan fakta dari analisa transaksi keuangan.
“Jika tidak ada penyelewengan pajak, maka setiap orang di Indonesia bisa menikmati subsidi sekitar 20 juta per bulan,” kata Romo Benny, Senin,(27/3/2023).
Namun, Ia menyatakan, sejauh mana data-data dari transaksi keuangan boleh diungkapkan ke publik tanpa menyebut nama dan oknum. Pasalnya, yang terpenting adalah sebuah fakta laporan-laporan dari transaksi keuangan harusnya di tindaklanjuti, karena objek pencucian uang merugiakan negara.
“Tapi masalah ini sebenarnya adalah persoalan relasi kuasa. Relasi kuasa dimana Walter Benjamin menegaskan antara kuasa ilahi dan kuasa manusiawi, ketika politik hanya dimensi manusiawi, maka kerap kali politik itu terjebak pada regulasi, terjebak pada apakah ini boleh diungkap atau tidak. Maka di balik dimensi manusiawi itu kerap kali politik bermain untuk menutupi kejahatan kemanusiaan”, tutur Romo Benny.
Bagi Romo Benny, apa yang dilakukan Mahfud MD ialah menjalankan politik kuasa ilahi. Politik sebagai kuasa ilahi dinilai Romo senantiasa mengatasi norma-norma hukum, norma-norma kesopanan, mengatasi kekuatan-kekuatan politik yang mencoba memanipulasi kebenaran.
“Maka dimensi kuasa ilahi itulah yang harusnya menjadi pegangan pejabat publik. Maka perdebatan komisi III dengan Prof. Mahfud harus dilihat dalam perspektif bagaimana politik itu dipakai dengan dimensi ilahi atau manusiawi. Kalau dimensi manusiawi maka selalu bertanya mengenai otoritasnya, bertanya mengenai aturan mainnya, bertanya tentang boleh dan tidaknya. Tetapi kalau politik dilihat dalam kuasa ilahi dia mengatasi kesulitan, hambatan dan dia mengungkapkan sebuah kebenaran, meskipun kebenaran itu kerap kali pait, tetapi itu adalah obat yang mujarab, kita belajar dari Walter Benjamin, belajar tentang bahasa”, jelas Romo Benny.
Lebih lanjut, Romo Benny menyampaikan kerap kali bahasa digunakan untuk memanipulsi kebenaran dengan diperlemahnya fakta dan data, hanya untuk kepentingan menutupi boroknya manipulasi korupsi yang sudah di ujung tanduk.
Romo Benny pun mengajak kepada semua pejabat publik maupun masyarakat umumnya untuk berani mengungkapkan kebenaran guna kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar.
“Saatnyalah kita bersama-sama berani mengungkapkan dibalik sebuah kejanggalan yang terjadi dan memulainya dengan keberanian. Keberanian harus di mulai dengan politik ilahi, bukan sekedar politik manusiawi”, pungkas Romo Benny.
Laporan: Muhammad Rafik