KedaiPena.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai pengembangan proyek LNG Abadi Masela akan membuka peluang pertumbuhan ekonomi dan membantu menekan ongkos logistik di wilayah timur Indonesia.
Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo menuturkan salah satu kendala pengembangan sebuah blok migas biasanya dari sisi non teknis. Misalnya, untuk kasus Blok Masela yakni dilepasnya hak partisipasi Shell yang kemudian dicaplok oleh PT Pertamina (Persero) dan Petronas.
Pertamina mengambil 20 persen hak partisipasi Blok Masela, sementara Petronas sebesar 15 persen. Keduanya bergabung dengan Inpex Corporation yang masih menggenggam saham 65 persen.
Selain itu, Wahju menyebutkan kendala proyek Blok Abadi Masela yang sempat terbengkalai selama kurang lebih 20 tahun ini juga disebabkan oleh perubahan skenario pengembangan. Awalnya, fasilitas gas alam cair (LNG) Abadi Masela rencananya dibangun di lepas pantai alias Floating LNG (FLNG). Namun, pemerintah memutuskan mengubahnya menjadi di darat alias Onshore LNG (OLNG).
“Dulu maunya FLNG akhirya OLNG, tapi saya sampai saat ini juga sepakat bahwa yang terbaik untuk INPEX itu OLNG,” kata Wahju dalam salah satu acara, ditulis Sabtu (28/9/2024).
Ia menyatakan salah satu keuntungannya adalah potensi pengembangan pusat perekonomian baru di wilayah Indonesia timur. Seperti diketahui, LNG Plant Abadi Masela akan dibangun di Pulau Saumlaki, Kepulauan Tanimbar di Provinsi Maluku.
“Semoga saja kita nanti punya kota besar di daerah Saumlaki untuk saudara-saudara kita yang di daerah timur sana, dengan adanya itu nanti ada jetty, akan ada pelabuhan di sana, logistik di sana akan menjadi lancar,” ungkapnya.
Hal ini, kata Wahju, akan berbeda jika fasilitasnya dibangun di lepas pantai. Dia mencontohkan sama halnya dengan pembangunan Terminal Regasifikasi LNG Arun di Provinsi Aceh, serta Kilang LNG PT Badak NGL di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur.
“Kalau tidak ada Arun, tidak ada Bontang LNG, tidak ada dua kota itu, tidak akan pernah ada, masih hutan sampai sekarang. Tapi dengan dibangunnya itu berkembanglah di sana ada peradaban, di Arun juga ada pusat perekonomian baru,” ungkapnya lagi.
Dengan demikian, dia berharap dengan berkembangnya pusat kota baru di Maluku dengan pengembangan proyek LNG Abadi Masela, maka ongkos logistik di wilayah timur bisa semakin di tekan. Tak hanya menguntungkan sektor hulu migas, menurutnya, hal ini juga akan terasa efek gandanya (multiplier effect) kepada sektor lain, sebab infrastruktur penunjang dipastikan akan semakin matang.
“Kalau pelabuhan di sana banyak, nanti pelayanan logistik banyak, di sana itu bisa meng-cut itu semua dan itu tidak hanya dinikmati oleh industri hulu migas saja tapi dinikmati oleh penduduk yang ada di sana dengan adanya proyek PSN INPEX ini,” pungkasnya.
Sebelumnya, proyek gas raksasa di Blok Masela, LNG Abadi, usai Kick off Project Management Team (PMT) Proyek LNG Abadi pada Kamis (28/12/2023), bersama SKK Migas menjadi penanda jalannya proyek strategis nasional (PSN) ini.
Kementerian ESDM, menyetujui revisi Plan of Development (POD) yang menyertakan komponen carbon capture storage (CCS) ke dalam revisi POD tersebut. Investasi proyek ini mencapai miliar atau setara Rp 324 triliun.
Volume produksi LNG tahunan proyek LNG Abadi diperkirakan akan mencapai 9,5 juta ton. Proyek ini juga memiliki potensi untuk penyimpanan CO2 bahkan menjadi CCS Hub dengan kemampuan injeksi CO2 sebesar 71-80 juta ton dan Kapasitas Penyimpanan 1,2 gigaton.
Laporan: Ranny Supusepa