KedaiPena.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menggandeng para akademisi guna mempercepat proses desain teknis Front End Engineering Design (FEED) proyek strategis nasional (PSN) Kutai North Hub (KNH).
Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo, menjelaskan Kutai North Hub (KNH) atau Geng North merupakan salah satu PSN hulu migas yang akan dieksekusi dengan tingkat kompleksifitas (kerumitan) teknis yang cukup tinggi.
Ia menyatakan proyek ini ditargetkan sudah on stream (beroperasi) pada triwulan kedua 2027 mendatang. Artinya SKK Migas hanya punya waktu kurang dari 3 tahun untuk menyelesaikan pengembangan proyek ini hingga beroperasi.
Namun salah satu kendala terbesar yang harus dihadapi SKK Migas saat ini adalah penyelesaian desain teknis Front End Engineering Design (FEED), yang biasanya bisa memakan waktu hingga 15 tahun.
Sehingga untuk mempercepat waktu proses FEED ini, Wahju menyebut pihaknya telah menggandeng para akademisi untuk membantu kontraktor pengembangan proyek yang sudah ditujuk SKK Migas, Eni, di Milan-Itali.
“Salah satu kendalanya itu adalah proses engineeringnya. Nah oleh karena itu, oh ya sudah kita dikerjakan lah di Eni Research Center. Untuk menjaga dan memastikan kesesuaian segala macam dengan aturan yang ada di Indonesia, dengan kepentingan di Indonesia, kita kirimkan orang-orang yang mengawal proyek,” kata Wahju dalam acara media briefing, dikutip Sabtu (28/9/2024).
Ia memaparkan ada sekitar 30 akademisi yang terlibat dalam penyelesaian proses engineering FEED ini. Tapi yang berangkat mungkin hanya sekitar 15 atau 10 orang saja.
Wahju menjelaskan para akademisi ini nantinya akan dikirim untuk membantu proses perampungan FEED di Eni Research Center dalam 3 batch. Dengan bantuan dari para akademisi ini, harapannya proses perencanaan engineering ini dapat selesai akhir tahun ini.
Sehingga pada 2025 nanti SKK Migas dapat mengeluarkan FID (Final Investment Decision) yang merupakan salah satu dokumen perencanaan berisi summary dokumen teknis dan keekonomian untuk mendapat pengesahan dari komite investasi.
“Batch pertama itu sebulan. Nanti batch kedua sebulan. Batch ketiga sebulan. Semoga saja nanti proses engineering-nya yang kita sebut dengan FEED itu bisa kita selesaikan, dan kalau itu selesai, tahun depan sudah FID (Final Investment Decision),” ujarnya.
Ia mengatakan kerja sama percepatan proses FEED antara SKK Migas dengan para akademisi ini merupakan yang pertama dilakukan. Menurut Wahju dengan adanya kerja sama ini, tidak hanya mempercepat proses perampungan proyek, tapi akan ada transfer pengetahuan dan teknologi.
Sehingga ilmu teknis yang didapat para akademisi ini dapat diajarkan kembali kepada para mahasiswanya, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) RI dalam hal pengembangan hulu migas.
“Ini belum pernah terjadi bagaimana kita melibatkan perguruan tinggi, karena SKK ingin jadi center of excellence. Nah untuk menjadi central of excellence SKK itu nggak bisa sendiri, kita harus melibatkan semua orang yang terhebat di Indonesia ini, anak bangsa ini untuk membantu SKK,” ujarnya lagi.
Laporan: Ranny Supusepa