KedaiPena.Com – Pekerjaan menjadi skipper bukanlah hal yang biasa digeluti oleh perempuan. Namun tidak demikian dengan Kai.
Ia mulai berkenalan dengan dunia arung jeram sejak 2016, dan menjadi skipper pada pertengahan 2017. Relawan Sahabat Ciliwung ini menjelaskan, skipper adalah pengendali perahu saat melakukan arung jeram.
“Kalau bawa orang baru atau wisatawan, skipper itu yang memberi tahu bagaimana mengendalikan perahu,” kata dia di sela ‘Arung Ciliwung; Menuju Destinasi Pariwisata’ dari Jembatan Djuanda hingga Saung Bambon, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Soal resiko, Kai mengatakan banyak. Di antaranya, seandainya tidak tahu menguasai arus, perahu bisa terbalik. Apalagi, dalam melakukan perjalanan, ia menemui banyak peserta yang panik dan tidak bisa berenang.
Resiko lain, jika perahu nyangkut ke batu atau batang pohon, harus turun ke air. Menyeret perahu agar kembali ke tengah aliran air.
“Belum lagi kalau jeramnya banyak batu, bisa kebentur, jatuh ke air. Badan bisa keseleo, lemes, bisa dua hari gak bisa bangun,” sambung Kai yang kerap membawa peserta Arung Edukasi ini.
Dalam pekerjaan yang memiliki resiko tinggi, jaminan sosial ketenagakerjaan menjadi penting. Sebab bisa meng-cover ketika terjadi kecelakaan.
“BPJS Ketenagakerjaan tahu. Selama ini kan kita tahunya cuma buat warga biasa, kenapa enggak buat atlet, pemandu. Jadi bisa buat pegangan (jika terjadi kecelakaan),” sambung dia.
Kai pun menjelaskan harapannya soal Ciliwung. Kata dia, lokasi di Ciliwung sebenarnya sudah memadai. Tapi karena banyak sampah, kurang promosi, publik tak terlalu peduli.
“Ciliwung kan imej-nya kotor dan banyak sampah. Makanya kita harus ubah itu supaya orang jadi berminat ke Ciliwung,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh