KedaiPena.Com – Ketua Umum Organisasi Suara Kreasi Anak Bangsa (SKAB) Dodi Prasetya menilai masifnya politik dinasti pada penyelenggaraan pilkada serentak tahun 2020 cenderung menandakan kemunduran dalam pelaksanaan demokrasi pasca reformasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Dodi sapaanya saat menyoroti potensi politik dinasti di Pilkada Tangsel 2020.
Ada sejumlah nama seperti, Putri Wapres Ma’ruf Amin, Siti Nur Azizah, adik Airin Rachmy Diany, sang pemimpin kota, Aldrin Ramadian, berpotensi menciptakan politik dinasti.
Padahal, kata Dodi, salah satu tujuan reformasi adalah menghapus sistem kekronian namun dengan berlanjutnya politik dinasti ini, berarti tujuan ini jelas telah gagal.
“Memang betul tujuan bahwa kekuasaan tidak lagi terpusat di satu orang (Soeharto) dapat dikatakan berhasil. Tetapi faktanya kekuasaan saat ini berada di tangan beberapa kelompok saja, karena konsolidasi demokrasi pun belum berada di titik finalnya,” ungkap Dodi dalam perbincangan dengan KedaiPena.Com, Minggu, (19/1/2020).
Dodi menambahkan situasi tersebut juga sudah didukung oleh keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dimana
keluarga petahana atau kerabat penguasa dan keturunannya berhak untuk mengikuti pilkada.
“Semoga saja calon-calon yang nantinya maju memang benar-benar berkualitas, tidak hanya mengandalkan ikatan keluarga semata, tidak menyalahgunakan fasilitas negara untuk kampanye, dan tidak curang,” pungkas Dodi.
Dengan demikian, tegas Dodi, masyarakat harus semakin jeli terhadap para calon kepala daerah yang nantinya bersaing, dan KPUD perlu membuat aturan yang ketat berkaitan dengan pilkada dan Bawaslu dapat melaksanakan fungsinya.
“Jangan sampai hanya dianggap sebagai aksesoris penyelenggaraan pemilu saja,” pungkas Dodi.
Laporan: Sulistyawan