KedaiPena.Com- Berbagai kebijakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dinilai banyak menimbulkan masalah serius di Indonesia. Termasuk diantaranya pengakuanya tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia atau HAM berat yang terjadi di Indonesia.
Pengakuan itu selain dinilai hanya sekedar asesoris politik, pengakuan yang terlambat, lemah dasar hukum, juga menimbulkan masalah serius Indonesia di mata Internasional. Presiden Jokowi juga tidak memiliki legitimasi moral untuk menangani masalah HAM.
“Jokowi itu tidak memiliki legitimasi moral untuk menangani pelanggaran HAM berat, sebab ‘tanganya berlumuran darah’, ada darah mahasiswa, pelajar, pemuda, petani, buruh yang meregang nyawa pada periode kekuasaanya hingga saat ini. Ada mahasiswa ditembak mati pada 2019 di Kendari, ada pelajar dan para pemuda ditembak mati di Bawaslu Jakarta, ada 6 pemuda yang ditembak mati pada akhir tahun 2020 di KM 50, ada 135 orang di Kanjuruhan mati, dan lain-lain. Rezim ini menjadi bagian dari pelanggar HAM, tidak memiliki legitimasi moral,” ujar Sosiolog Politik UNJ Ubedilah Badrun saat menjadi pembicara dalam diskusi publik yang diselenggarakan KAMI di kawasan Menteng Jakarta Pusat, kemarin.
Menurut Ubedilah Badrun sebenarnya permintaan maaf dari Presiden kepada korban tragedi 1965-1966 telah dilakukan lebih dahulu oleh Presiden Gus Dur pada tahun 2000.
“Gus Dur lebih jelas minta maaf, bukan hanya menyampaikan pengakuan. Itu dilakukan hampir 23 tahun lalu, selain itu era Gus Dur juga telah melahirkan UU no 26 tahun 2000 yang lebih jelas Tentang Pengadilan Hak Azasi Manusia. Nah Jokowi mestinya jalankan Pengadilan Pelanggaran HAM berat itu, bukan sekedar menyampaikan pengakuan lalu memberi santunan, tanpa diputuskan di pengadilan siapa aktor sesungguhnya. Padahal aktor-aktor pelanggaran HAM berat itu ada di lingkaran istana saat ini” pungkas Ubedilah Badrun.
Selain Ubedilah Badrun hadir dalam diskusi tersebut tokoh oposisi Senior Sri Edhi Swasono, Bachtiar Chamsah, Brigjend TNI (Purn) Hidayat Purnomo, dan Mantan Panglima TNI Jendral TNI (Purn) Gatot Nurmantyo. Terlihat hadir juga Adhi M Massardi, M.Said Didu, Refly Harun, Anton Permana, dan lain-lain.
Laporan: Tim Kedai Pena