KedaiPena.Com- Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto ditantang menjadi negarawan dengan membuktikan diri tidak melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang selama ini diaarahkan kepadanya. Terlebih Menhan Prabowo telah meraih menerima gelar kenaikan pangkat menjadi jenderal TNI (HOR).
Demikian disampaikan Analis Geopolitik dan Pertahanan Keamanan Yulis Susilawaty menanggapi pidato Menhan Prabowo kepada bangsa-bangsa tertentu yang selalu mengajarkan soal HAM namun justru diam ketika ibu-ibu hingga anak-anak dibantai di Gaza, Palestina.
“Melalui mekanisme pembuktian benar di negara ini dan yang mengatakan Prabowo pelanggar HAM juga harus melakukan hal yang sama untuk membuktikan hal tersebut,” jelas dia, Jumat,(1/3/2024).
Dalam kesempatan itu, Yulis menekankan, pentingnya Indonesia untuk kembali menegakkan peradilan HAM. Menurut Yulis, peradilan HAM diperlukan sehingga tidak ada lagi tudahan- tudahan kepada siapapun.
“Itulah kenapa penting kita kembali pada menegakkan peradilan HAM sehingga tidak ada lagi tuduhan pelanggar HAM kepada siapapun,” jelas Yulis.
Yulis menilai, pidato Prabowo pada intinya mendukung persoalan HAM di Palestina. Yulis menegaskan pidato Prabowo juga selaras dengan sikap Indonesia di ranah international dalam membela hak-hak Palestina.
“Jadi subtansi isi pidato Prabowo tersebut tentang sikap kita terhadap HAM sebagai bangsa tentu sangat penting,” pungkas Yulis.
Sebelumnya, Menhan Prabowo menyindir bangsa-bangsa tertentu yang selalu mengajarkan soal hak asasi manusia (HAM). Prabowo menyebut bangsa-bangsa tersebut justru diam ketika ibu-ibu hingga anak-anak dibantai di Gaza, Palestina.
“Ada bangsa-bangsa tertentu selalu ngajarin kita HAM, HAM, HAM, demokrasi, tetapi di Gaza, ribuan anak, ribuan ibu-ibu dibantai, dibunuh, dibom, mereka diam. Mereka bilang itu bukan pelanggaran HAM,” kata Prabowo dalam orasi ilmiah pada Wisuda Universitas Kebangsaan Republik Indonesia di Bandung, Jawa Barat, dilansir, Kamis (29/2/2024).
Menurut Prabowo, bangsa Indonesia terlalu kagum dengan berbagai hal yang selalu diajarkan oleh negara-negara lain. Dia menyebut itu juga yang membuat sisi bangsa Indonesia tidak percaya diri dalam menentukan sikap.
“Kadang-kadang apa yang dikatakan oleh negara-negara tertentu, kita iya aja terus. Padahal, saya katakan pelajaran sejarah mengajarkan tiap bangsa hanya akan mengutamakan kepentingannya sendiri,” ucapnya.
Laporan: Sabil