KedaiPena.Com – Masyarakat jurnalis lingkungan, The Society of Environmental Journalists (SIEJ) Sumatera Utara menggalang dana untuk restorasi hutan di kawasan Cagar Alam Gunung Lubukraya dan Sibual-buali di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Rabu (5/4) malam.
Sungai-sungai yang mengalir di lembah kedua gunung itulah hulu Batang Ayumi, sungai yang pada Minggu (26/3) malam lalu meluap. Sebanyak 7 warga tewas, rumah-rumah warga, kebun dan ternak, sekolah serta fasilitas umum lainnya hanyut dan rusak dalam bencana itu.
Hingga kini, sebagian warga terdampak masih tinggal di posko-posko. Pembersihan lumpur, timbunan kayu dan batuan sungai masih dilakukan para pihak. Seiring bantuan yang terus mengalir dari mereka yang terpanggil.
SIEJ Sumut menilai, kawasan konservasi yang menjadi daerah resapan dan tangkapan air serta rumah bagi satwa dilindungi seperti Orangutan Sumatera dan Rangkong harusnya lestari dan terjaga dari semua praktek-praktek perusakan lingkungan.
Apalagi di Kecamatan Marancar, tepat di kaki Gunung Lubukraya masih berlaku kearifan lokal Mantari Bondar. Sistem menjaga hutan dan irigasi yang sudah ada sejak lebih seratus tahun lalu.
“Faktanya hari ini, hasil informasi dari sumber-sumber terpercaya yang kami dapatkan, diduga terjadi alih fungsi kawasan hutan secara masif. Inilah pemicu bencana banjir bandang itu,” kata Ketua Simpul SIEJ Sumut Mei Leandha saat penggalangan dilakukan.
Pembukaan kawasan hutan, lanjutnya, tanpa kegiatan reboisasi dan restorasi adalah bencana. Apalagi dilakukan di kawasan konservasi. Maka upaya penyelamatan dan pelestarian hutan adalah kerja berat semua orang, semua pihak.
“Kalau kita merasa terpanggil dan peduli terhadap bumi dan isinya, ayo bersama berbagi dan berbuat. Mari bergabung dalam gerakan restorasi ini,” kata Mei.
Dia menegaskan, pihaknya meminta pemerintah dan pihak terkait agar segera menghutankan kembali hulu Batang Ayumi. Mengembalikan seluruh fungsi hutan seperti awal dan menjadikan bencana sebagai pelajaran.
“Jangan terus menjadi keledailah kita. Menjaga bumi dan peradaban adalah warisan penting dari kita untuk tunas-tunas muda. Tunas-tunas yang tumbuh labil dalam situasi kacau negara ini. Salam hijau, selamat bumi sebelum terlambat,” ucapnya.
Mei menjelaskan, dana yang terkumpul akan digunakan untuk merestorasi hutan terdampak banjir bandang dengan menanam 1.000 pohon mulai hulu dan hilir Batang Ayumi. Rencananya akan dilakukan pada 22 April 2017, tepat pada peringatan Hari Bumi.
Acara malam pengumpulan dana tersebut digelar di Culture Coffee Shop yang berada di Jalan Ringroad Medan. Turut menghangatkan suasana dingin akibat hujan deras yang mengguyur Kota Medan, Kopi Orangutan Tapanuli dan band reggae Ampas Kopi. Mereka membawa tembang-tembang lawas yang membuat pengunjung turut berdendang.
Direktur Eksekutif Fitra Sumut Rurita Ningrum, Agum Gumilar dari LBH Medan, terlihat hadir. Begitu juga sejumlah aktivis dan penggiat lingkungan di Sumatera Utara, serta jurnalis.
“Acaranya bagus, sambil ngopi-ngopi kita berdiskusi. Berbagi dan bermanfaat buat orang banyak. Gerakan penyelamatan lingkungan harus didukung, sebagai bentuk peduli kita,” kata Rurita.
Laporan: Iam