KedaiPena.Com – Pemakzulan Presiden KH Abdurrahman Wahid terjadi pada 23 Juli persis 20 tahun lalu. Jubir Gus Dur Adhie M Massardi bersama pakar hukum tata negara Refly Harun akan lakukan “rekonstruksi peristiwa” dengan libatkan para pelaku sejarah, untuk nentukan siapa dalang tragedi politik era reformasi itu.
Gerakan Reformasi 1998 akan dicatat sejarah sebagai gerakan perubahan yang membawa bangsa ini dalam labirin persoalan yang rumit, dan setiap jalan keluar yang ditemukan melahirkan labirin baru yang jauh lebih kompleks.
Pendapat ini disampaikan Adhie M Massardi, jubir presiden era KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang kini aktif sebagai penggiat anti-korupsi dan gerakan proDemokrasi.
Adhie memberi contoh. Gagasan presiden dipilih langsung dengan presidential threshold (PT) yang terus dinaikkan hingga kini 20%, semula dimaksud untuk melahirkan sistem presidential yang solid dan kuat.
Tapi akibatnya, yang muncul justru presiden yang tidak memiliki kekuatan apa-apa karena kekuasaannya dikendalikan sepenuhnya oleh oligarki politik yang mengkaroseri, merancangbangun partai-partai politik untuk jadi kendaraan politik standar PT 20% sesuai syarat masuk sirkuit pilpres.
Lebih celaka lagi, konsorsium pedagang (politik) perancang kendaraan PT 20% ini bisa mempercayakan kemudinya kepada orang yang asal populer, padahal tidak memilki SIM (standar integritas dan manajemen) yang memadai.
Akibatnya, ketika dia (presiden) benar-benar menjalankan kekuasaan pemerintahan, banyak rambu dilanggar. Nabrak pos-pos kesejahteraan rakyat dan portal pembatas area rakyat miskin. Tentu saja menimbulkan banyak korban. Persis seperti terjadi sekarang ini.
Mencari Ujung Persoalan
Gagasan melakukan rekonstruksi politik atas pemakzulan Gus Dur yang terjadi pada 23 Juli 2001 itu, kata Adhie, merupakan ikhtiar untuk menemukan kembali titik di mana “Jalan Reformasi” mulai dibelokkan, agar kita mudah melanjutkan perjalanan ke tujuan yang dicita-citakan reformasi.
Pakar hukum tata negara Refly Harun, dalam rekontruksi politik ini, selain menjadi semacam “hakim sejarah ketatanegaraan”, juga akan menayangkan seluruh proses yang akan berbentuk talkshow ini secara langsung (live) via Refly Harun Channel, kanal televisi digital personal menggunakan YouTube.
Selain Adhie Massardi, dalam pencarian “dalang pemakzulan Gus Dur” ini, Refly Harun juga mengajak sejumlah tokoh yang terlibat secara aktif di panggung politik tahun 2000-an itu.
Mereka adalah Rizal Ramli, ekonom yang dipercaya Gus Dur mengendalikan Jalan Ekonomi Pemerintahan, lalu Bachtiar Chamsyah, ketua pansus Buloggate DPR yang dianggap pencetus pelengseran Gus Dur. Dari kubu oposisi parlemen masih ada tokoh Fuad Bawazier dan MS Kaban.
Jurnalis senior Teguh Santosa yang ketika itu menjadi salah satu desk politik surat kabar oposisi, akan memberikan kesaksian betapa di institusi pers juga terjadi konflik ideologi antara yang pro dan anti-pemerintah.
Untuk melengkapi spektrum politik saat itu, dihadirkan juga Eep Saefulloh Fatah, pendiri lembaga survei/konsultan politik PollMark Indonesia, analis politik muda yang saat itu banyak muncul di media massa,
Meluruskan Gagasan Perubahan
Sebagaimana Refly, Adhie Massardi juga berharap ikhtiar ini bisa memberikan perspektif positif kepada masyarakat tentang perubahan. Reformasi adalah proses perubahan (positif) dari otoritarianisme ke alam demokrasi.
Bahwa di tengah jalan ada yang menyimpangkan, itu soal yang terpisah. Jangan diartikan perubahan membawa masalah. Tapi memang patut disesalkan jika tokoh-tokoh besar perubahan seperti Gus Dur dan Amin Rais dalam perkembangannya jadi terkesan negatif.
“Kini kita sedang kembali meniti jalan perubahan. Tugas kita menjelaskan semua itu kepada masyarakat. Pengalaman dan kesalahan di masa lalu harus dijadikan pelajaran,” ujar Adhie.
Lalu siapa dalang pemakzulan Gus Dur? Adhie tidak langsung menjawab. Dia hanya menunjuk karikatur karya GM Sudarta yang dimuat harian Kompas 24 Juli 2001, persis satu hari setelah Megawati dilantik MPR menjadi Presiden RI ke-5, menggantikan Gus Dur yang dilengserkan.
“Kalau persisnya siapa dalang pemakzulan Gus Dur, ikuti talkshow live-nya di kanal Refly Harun, Kamis, 22 Juli 2021, mulai pk 19.00. Tapi dari karikatur GM Sudarta yang dimuat Komaps itu sebenarnya sudah menyiratkan semua itu,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi