KedaiPena.Com – Federasi Sepakbola Dunia atau FIFA akan memilih kembali presiden mereka pada 26 Februari mendatang.
Pemilihan ini digelar lagi karena presiden terpilih sebelumnya, Sepp Blatter, mengundurkan diri. Ia mengambil langkah itu karena terlibat dalam kasus korupsi di induk organisasi sepakbola dunia itu.
Dalam pemilihan yang rencananya akan diselenggarkan di Gala FIFA yaitu Hallenstadion, Zurich, Swiss, sudah ada lima nama yang tersaring.
Nama-nama itu menyisihkan belasan nama yang sebelumnya menyatakan minat untuk memimpin FIFA dalam satu periode ke depan.
Berikut adalah nominator-nominator itu;
Pangeran Ali bin Al Hussein (Yordania)
Pangeran Ali menjadi satu-satunya pesaing Sepp Blatter dalam pencalonan tahun lalu. Namun, sudah bisa ditebak hasilnya. Kala itu ia kalah karena hanya mengumpulkan 35 persen dari total jumlah suara. Sadar saingan terberatnya mengundurkan diri, Pangeran Ali kembali maju di pemilihan kali ini.
Meskipun baru berusia 40 tahun, saudara tiri dari Raja Yordania ini sudah malang melintang di dunia sepakbola. Ia merupakan Presiden Federasi Sepakbola Yordania dan sempat menjabat sebagai Wakil Presiden FIFA untuk benua Asia pada tahun 2011 hingga 2015.
Dalam beberapa kampanye, Pangeran Ali menjanjikan bahwa ia akan membuat FIFA menjadi lebih transparan. Hal ini menjadi nilai jual sang pangeran selain pribadinya yang memang sangat hangat dan terbuka, juga catatan lain bahwa ia tidak pernah tersentuh skandal.
Jerome Champagne (Prancis)
Champagne awalnya adalah seorang diplomat. Ia baru bekerja di dunia sepakbola usai Piala Dunia 1998. Program kerja yang ia tawarkan adalah pembenahan di sistem finansial dunia sepakbola. Champagne pun menjanjikan bahwa nanti akan ada komite khusus yang berisikan perwakilan klub dan pemain untuk membahas hal tersebut.
Pencalonannya sendiri sudah mendapatkan dukungan dari legenda sepakbola Brasil, Pele. Pengalamannya sebagai Direktur Hubungan Internasional FIFA, membuat Champagne dekat dengan beberapa federasi sepakbola negara.
Ia adalah orang yang berperan penting dalam didaftarkannya Kosovo sebagai anggota FIFA, dan Champagne memprakarsai pembukaan hubungan antara asosiasi sepakbola Palestina dan Israel.
Namun bekerja selama 11 tahun di bawah Blatter jelas membuat banyak pihak curiga, jika Champagne sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pendahulunya tersebut.
Gianni Infantino (Swiss/Italia)
Sosok yang paling populer karena sering berada dalam acara pengundian kompetisi sepakbola Eropa. Federasi Sepakbola Jerman dan David Gill selaku Wakil Presiden FIFA untuk Britania Raya sudah memberikan dukungannya untuk pria berkepala plontos ini.
Infantino lahir di Swiss tetapi memiliki paspor Italia dari leluhurnya. Lulusan sekolah hukum ini bekerja sebagai legal officer dan administrator sepakbola sejak tahun 2000, dimana kala itu ia bergabung dengan UEFA.
Infantino adalah sosok kunci sepakbola Eropa bisa terus maju dan berkembang. Sebagai Sekretaris Jenderal UEFA, Infantino berperan dalam pembangunan sepakbola Eropa terutama dari segi finansial, termasuk regulasi Financial Fair Play adalah salah satu dari sekian peraturan baru yang dibuat Infantino untuk sepakbola Eropa.
Hampir sama dengan yang dialami Champagne, posisi Infantino sebagai pejabat tinggi UEFA, membuat ia berada di bawah bayang-bayang Michel Platini, Presiden UEFA yang terkena kasus yang sama dengan Blater.
Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa (Bahrain)
Sama seperti Pangeran Ali, Sheikh Salman juga merupakan anggota keluarga kerajaan Timur Tengah. Ia merupakan anggota keluarga kerajaan Bahrain. Sheikh Salman sempat bermain sepakbola secara profesional bersama tim divisi satu Liga Bahrain, Riffa Club.
Hingga saat ini Sheikh Salman tercatat sebagai presiden termuda asosiasi sepakbola Bahrain. Ketika terpilih pada tahun 2002, saat itu Sheikh Salman masih berusia 36 tahun. Sheikh Salman sempat membawa Bahrain ke peringkat ke-44 rangking dunia FIFA. Hal tersebut menjadi rekor lain yang dibuat olehnya.
Sejak tahun 2013 ia menjabat sebagai Presiden Federasi Sepakbola Asia, AFC, menggantikan Zhang Jilong.
Sheikh Salman mengungkapkan program kerja unggulannya yaitu dengan memisahkan FIFA menjadi dua bagian, yaitu satu badan yang memang berurusan dengan sepakbola, dan yang lainnya memang khusus berurusan dengan bisnis.
Hal akan menghambat langkah Sheikh Salman adalah keterlibatannya dalam kasus audit keuangan AFC serta dukungannya terhadap upaya represif yang dilakukan oleh pasukan pengaman terhadap demonstran di Bahrain.
Tokyo Sexwale (Afrika Selatan)
Merupakan seorang pengusaha kaya raya asal Afrika Selatan yang bergerak di bidang pertambangan. Perusahaan Tokyo lebih banyak berkerja dalam menambang berlian dan platinum.
Tokyo juga merupakan bagian dari sejarah apartheid yang menimpa Afrika Selatan. Ia sempat dipenjara bersama Nelson Mandela di Pula Robben selama 13 tahun.
Sosoknya yang kharismatik dan memiliki banyak koneksi disebut-sebut sebagai nilai jual utama dari pria berusia 62 tahun ini. Namun pengalamannya yang minim jelas menjadi batu ganjalan, karena sejauh ini posisi tertingginya di dunia FIFA hanyalah anggota komite pemberantasan rasisme dan diskriminasi FIFA.
Masing-masing calon memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Pangeran Ali dianggap terlalu muda, Champagne dan Infantino punya hubungan erat dengan Blatter dan Platini, Sheikh Salman juga masih tersandung kasus dan Tokyo Sexwale minim pengalaman.
Tetapi mereka juga memiliki program kerja yang ditawarkan dan visinya bisa dinilai cukup baik untuk masa depan sepakbola. Perbedaan latar belakang tentu membuat persaingan semakin ketat. Pemilihan presiden FIFA yang baru ini tentu dibarengi dengan harapan, era baru di FIFA harus hadir.
(Apit/Foto: New York Times)