KedaiPena.Com – Sementara kalangan menilai faktor suku mempengaruhi keterpilihan seseorang menjadi pemimpin bangsa. Apalagi di tengah demokrasi ‘one man, one vote‘.
Namun sejarah membuktikan bahwa tidak semua Presiden merupakan berasal dari suku terbesar di Indonesia.
“Bung Karno hanya separuh Jawa. Megawati hanya seperempat Jawa,” kata pemerhati politik Ir. Abdul Rachim di Jakarta, Senin (8/3/2021).
“Lalu BJ Habibie separuh Jawa. Gus Dur katanya keturunan campur-campur. Yang murni Jawa hanya Soeharto, SBY dan Jokowi. Itu faktanya,” lanjut aktivis mahasiswa ITB era 77/78 ini.
Jadi, lanjut dia, isu Jawa non Jawa itu sesungguhnya sudah hilang sejak Sumpah Pemuda 1928.
“Orang Jawa murni yang seangkatan Bung Karno, bahkan yang lebih senior dan berpendidikan banyak. Misalnya Ketua BPUPKI, KRT Radjiman Wedjodiningrat,” kata dia lagi.
Ada juga tokoh-tokoh Masyumi seperti Kasman Singodimedjo, Prawoto Mangkusasmito, Ki Bagus Hadisasmito dan lain-lain,” sambung Mimin, sapaan dia.
“Ada pula yang lebih muda, misalnya Mr Roem dan sebagainya. Mengapa terpilih Bung Karno yang hanya separuh Jawa? Padahal di zaman itu masih sangat sukuisme,” kata dia sambil bertanya.
Laporan: Sulistyawan