KedaiPena.Com – Batik Riana Kesuma merupakan mitra UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang dibina oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) retail terbesar di Indonesia, Sarinah.
Dimiliki oleh Riana Kesuma Astuti, bisnis yang ia mulai sedari kuliah ini kini sudah berkembang pesat. Mulai mengenal batik sejak usia 8 tahun, Riana kecil sudah terbiasa membantu orangtua yakni Priyono Atmo Priyanto dan Sri Kusrini, yang juga pengusaha batik di Solo.
Setiap pulang sekolah Riana kerap membantu orang tuanya untuk ‘mengemplong’ batik agar rapi sebelum dijual. Kemudian memasarkan ke pasar-pasar. Hal yang tanpa disadari membuat bakat ‘marketing’ Riana terpupuk sejak kecil.
Setelah berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Solo tahun 1987, minat Riana dalam memasarkan batik pun tak surut. Sebab, teman-teman kuliah Riana dari Jakarta, sering memintanya untuk mencarikan batik sebagai oleh-oleh buat orang tua mereka.
Dari situlah Riana tersadar, bahwa ia mempunyai kesempatan besar untuk berbisnis batik. Karena, permintaannya sangat terbuka dan penyuplai juga ada. Terlebih lagi keluarga besarnya bahkan neneknya merupakan pedagang batik.
Berawal dari tujuh potong yang batik yang ia jual. Bisnis batiknya perlahan-lahan naik. Tepat pada tahun 1994 Riana mencoba memasukan batiknya ke Sarinah dan ternyata berhasil.
“Ke Sarinah itu kira-kira tahun 1994 sebelum krismon (krisis moneter), kita sudah bermitra dengan Sarinah dan waktu itu kita mengunakan sistem beli putus,” Riana saat bercerita.
Pada tahun 1998 karena krisis moneter, kebijakan di Sarinah soal pembelian putus diganti menjadi mitra. Riana diminta untuk menjual dan membuka gerai. Dari gerai di Sarinah-lah, batik yang ditawarkan oleh ibu dua anak itu, semakin beragram.
Ia mulai menyediakan blus batik, kebaya dan blus batik, kemeja batik halus, dan batik sutera. Selain itu ada pula kain ‘shibori’ atau yang disebut ‘jumputan’ atau ‘tie dye’.
“Dan toko Sarinah ini kita ada plus dan minusnya. Plusnya adalah kita menjadi banyak kreasi dan kreatif serta bebas untuk menjual produk apa saja, asal mempunyai kualitas bagus dan baik,” jelas dia.
“Sisi negatif karena permodalan kita terbatas, jadi kemampuan yang kita keluarkan pun jadi besar namun nanti kita yakin saat penjualan kita besar, akan ketutup dengan sendiri ya,” lanjutnya.
Kendati demikian, akunya, di Sarinah, batik Riana semakin memiliki omset yang makin baik. Lantaran, selain didukung konter, juga kerap kali dilakukan pameran. Hal itulah, yang membuat Riana selaku pemilik usaha semakin menikmati bisnis batik ini
“Saya tidak mencari untung semata dalam berbisnis. Karena, saya melakukan semua dari hati, untuk melestarikan batik yang menjadi kepunyaan leluhur kita. Dan itu sudah menjadi tugas sebagai pewaris,” ungkap Riana.
Hal itu ternyata membuahkan hasil. Dengan ketulusan hatinya dalam berdagang, muncul pembeli-pembeli loyal yang semakin mencintai batik.
Kini Batik Riana sukses membuka 16 gerai yang terdapat di beberapa wilayah di Indonesia.
Tapi bukan berarti usaha batik yang dibina dari tahun 1997 sampai sekarang tidak mengalami pasang surut.
Karena, tepat pada tahun 2004-2007 saat Riana sedang gencar-gencarnya melakukan pameran di Malaysia, Jepang dan Singapura, hal itu terhenti seiring naiknya harga minyak mentah dunia naik. Ia pun banting tulang menyelamatkan bisnisnya.
“Ke depan saya berharap bisnis yang saya jalani tidak berhenti, hidup panjang dan tidak hilang oleh zaman. Saya selalu berharap agar yang tidak menyukai batik bisa suka batik karena adanya batik Riana,” ungkap dia.
Laporan: Muhammad Hafidh