Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
_“Lu ditangkap kasus biasa, kalau gua ditangkap gara-gara tuduhan makar Bro. Di penjara juga gua”_
[Lieus Sungkharisma, Rumah Matraman, Pondok Indah]
SELESAI podcast bersama Bos Dewa 19 Ahmad Dhani, penulis bersama Bang Eggi Sudjana segera nimbrung bersama Mas Ahmad Dhani, untuk menikmati Sate Kambing Muda, yang kambingnya dipesan khusus dari di Cisarua. Mas Dhani saat itu sambil menikmati sate, menceritakan sejumlah varian sate.
Sempat menegur penulis, karena menikmati Sate dengan bumbu kecap manis dan potongan cabai. Menurut Mas Dhani, citra sara dan aroma Sate akan hilang tertimpa rasa kecap yang manis. penulis disarankan untuk menikmati Sate tanpa kecap.
Sambil berseloroh, penulis katakan “hidup saya sudah pahit mas Dhani, jadi boleh lah pake kecap manis agar hidup bisa terasa agak manis”.
Kebiasaan Mas Dhani memang begitu, selalu ‘menyuap’ sejumlah teman untuk hadir diskusi di Rumah Matraman Pondok Indah, dengan Sate Kambing atau Kambing Bakar, agar kami bisa hadir di Rumah Matraman untuk berdiskusi.
Saat itu, penulis diundang untuk berdiskusi soal pencabutan gugatan ijazah palsu Jokowi. Qadarullah, ternyata Koh Lieus Sungkharisma juga hadir. Pasca berdiskusi podcast, penulis menghampiri Koh Lieus di meja depan yang asyik ngobrol.
Dalam pertemuan itulah, kami bercerita pengalaman. Mas Dhani pernah di penjara, Koh Lieus juga pernah, Bang Eggi juga. Penulis juga ikut nimbrung, meskipun hanya semalam pernah merasakan ditangkap dan menginap di Mabes, dizalimin oleh rezim melalui tangan Dirtipid Siber Mabes Polri.
Saat itu, di penjara bukanlah aib. Koh Lieus dan yang lainnya justru saling berbangga karena pernah di penjara oleh rezim zalim karena menyuarakan. Saat itu, Koh Lieus bahkan bangga, kasusnya delik makar walau akhirnya itu hanya berhenti di polisi. Tidak dilanjutkan ke pengadilan, karena kasus hanya rekayasa saja.
Koh Lieus saat itu bersama Kate Victoria dan istri Alvin Liem. Sambil mengenalkan Kate, Koh Lieus langsung meminta penulis untuk membuat video pembelaan untuk Advokat Alvin Lim.
“Lu harus ambil video ini pengacara. Minta pembelaan untuk Alvin Lim” begitu kata Koh Lieus kepada istri Alvin Lim dan tim saat itu.
Lalu kami ngobrol dulu, berkisah tentang perjuangan dan tantangan menghadapi rezim saat ini. Penulis juga sempat ditanya, apa yang melatarbelakangi penulis tetap berani dan konsisten menyuarakan kebenaran. Penulis sampaikan, bahwa keyakinan akan penjagaan Allah SWT sudah lebih dari cukup, sehingga kita tak perlu ragu untuk menyuarakan kebenaran.
“Lu mirip Alvin Lim. Gua tanya Alvin, kenapa dia begitu berani, kagak ada urat takutnya. Dia juga jawab sama kayak Elu, Alvin Lim sangat percaya pada kekuasaan Tuhan” ungkapnya kepada penulis.
Tak dinyana, ternyata itu pertemuan terakhir penulis dengan Koh Lieus. Semalam (Selasa, 24/1) Koh Lieus dikabarkan meninggal dunia di RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, Tangerang Selatan. Kabarnya, Koh Lieus meninggal dunia karena serangan jantung yang begitu mendadak.
Pemilik nama asli Li Xue Xiung yang lahir di Cianjur, Jawa Barat, 11 Oktober 1959, ini telah menuliskan legacy hidup sebagai pejuang dan akhirnya meninggal karena ajal. Bukan karena perlawanannya pada kezaliman.
Sayang, hari ini masih banyak diantara kita takut berjuang, takut menyuarakan kebenaran, padahal ajal bisa saja datang sekonyong-konyong. Ajal bisa menjumpai siapapun, baik yang berjuang maupun yang duduk berpangku tangan.
Mereka yang dianggap kuat, duitnya tidak ada nomor serinya, suatu saat juga akan menemui ajal. Tak ada guna kekuasaan dan harta yang dimiliki.
Lucunya, hari ini ada yang mengklaim diri sebagai pejuang tapi masih takut bersuara. Padahal, keberanian tidak mempercepat ajal sebagaimana ketakutan tidak mampu menjauhkan ajal.
Semoga, kita semua dapat menjadi pribadi yang jujur. Jujur dengan komitmen perjuangan, dengan tidak lagi menyisakan sedikitpun rasa takut untuk menyuarakan kebenaran.
Selamat jalan Koh Lieus semua cerita dan kenangan perjuangan akan terpatri dan abadi di dalam hati sanubari. [].
(***)