KedaiPena.Com – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengaku, setuju dengan analisis sejumlah kalangan yang menilai menguatnya rupiah terhadap dolar AS saat ini hanya bersifat sementara.
“Saya setuju ini karena arus masuk investor luar yang masuk ke kita untuk membeli bond kita sehingga nilai rupiah kita menguat. Bersifat sementara karena kita (Indonesia) termasuk yang paling rentan dalam penanganan pandemi Covid-19 yang dibuktikan dengan kurva pandemi,” kata Tauhid Ahmad dalam perbincangan, Rabu, (10/6/2020).
“Implikasinya ekonomi akan terdampak lagi dan sewaktu-waktu dana asing tersebut keluar dengan cepat,” sambung Tauhid Ahmad.
Dengan demikian, Tauhid, berharap, agar pemerintah pusat dan daerah secepatnya dapat menangani persoalan Covid-19 secara masif, baik dari sisi tindakan, anggaran dan sebagainya sehingga grafik pandemi turun.
Jika kurva kasus positif turun, kata Tauhid, maka investor akan melihat, pemerintah, mampu menangani kondisi ekonomi dalam negeri dalam kurun waktu lebih lama.
“Jika Covid-19 naik-turun maka tentu saja investor keungan maupun sektor riil akan sulit melihat kita akan recovery ekonomi jauh lebih cepat,” tegas Tauhid.
Sebelumnya, Analis Ekonomi dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandal menilai penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS belakangan ini dinilai hanya mengikuti tren dunia, dan tidak ada yang istimewa.
“Karena faktanya selama 1 bulan terakhir terjadi pelemahan mata uang Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap mata-mata uang kunci Dunia, seperti Euro (EUR), Poundsterling (GBP), Dollar Australia (AUD), dan Singapura Dollar (SGD),” ungkap Analis Ekonomi dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra, Senin (8/6/2020).
Menurut Gede, semakin panasnya situasi politik dalam negeri Amerika Serikat yang dipicu masalah rasial dalam 1 bulan terakhir juga menyebabkan dollar AS (USD) ikut melemah terhadap mata-mata uang negara tetangga kita di ASEAN, di luar Singapura.
Sebut saja terhadap Ringgit Malaysia (MYR), Bath Thailand (THB), dan bahkan Filipina (PHP).
Laporan: Muhammad Hafidh