KedaiPena.Com – Begawan ekonomi Rizal Ramli senang dengan kinerja Bea Cukai yang bagus dan profesional membongkar penyelundupan sepeda Brompton dan motor Harley Davidson via Garuda Indonesia.
Namun ia merasa aneh dengan klaim berlebihan Menkeu Sri Mulyani yang memberi kesan bahwa kasus senilai Rp1,5 miliar tersebut luar bisa besar.
“Ada menteri keuangan yang bangga banget menggagalkan Rp1,5 miliar ‘case’ ini. Mohon maaf yang bersangkutan menerbitkan surat utang kerugian negara itu ratusan triliun, itu yang harusnya diberesin,” sindir Rizal Ramli di Jakarta, ditulis Jumat (14/12/2019).
Anggota Tim Panel Bidang Ekonomi PBB itu menjelaskan mahalnya bunga utang yang diberikan Sri Mulyani kepada kreditur sudah sejak menjadi Menteri Keuangan era Susilo Bambang Yudhoyono.
Kala itu tahun 2006 hingga 2010, Sri Mulyani menerbitkan utang sebesar Rp454,9 triliun dengan ‘yield’ atau bunga utang yang tinggi sehingga menambah beban rakyat hingga Rp199,7 triliun.
Sedangkan selama menjadi Menteri Keuangan di pemerintahan Presiden Joko Widodo, telah diterbitkan utang sebesar Rp790,7 triliun yang merugikan rakyat hingga Rp118 triliun.
“Sebagai Menkeu SBY (2006-2010), SMI terbitkan utang Rp454,9 triliun dengan ‘yield’ kemahalan sehingga nambah beban rakyat Rp199,7 triliun. Sebagai Menkeu Jokowi (2006-19) terbitkan utang Rp790,7 triliun dengan ‘yield’ kemahalan sehingga nambah beban rakyat Rp118 triliun. Total Menkeu ‘Terbalik’ untungkan kreditor, rugikan rakyat Rp317,7 triliun,” terangnya.
Rizal Ramli juga membandingkan Sri Mulyani dengan Agus Martowardojo dan Bambang Brodjonegoro ketika menjadi Menteri Keuangan yang memberikan bunga utang lebih murah.
“Ketika pinjam dengan ‘bonds’, Menkeu Agus Marto & Bambang Brojo sangat ‘proper’ dengan berikan ‘yield’ utang lebih murah dari negara-negara yang ratingnya lebih rendah seperti Thailand, Philipina. Tetapi ‘Menkeu Terbalik’ Sri Mulyani dan Chatib Basri jusru sebaliknya, terbitkan utang mahal yang rugikan rakyat,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi