KedaiPena.Com - Komisioner Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai mengecam keras peristiwa penikaman, penembakan serta penganiyaan yang berujung pada pembunuhan di Manokwari semalam. Atas kejadian tersebut 7 orang warga Papua menjadi korban dengan dua orang kritis dan sisanya luka-luka.
Menurutnya, salah satu faktor utama pelanggaran HAM terus-menerus terjadi di Papua karena sampai saat ini Presiden Joko Widodo tidak pernah sekali pun menyinggung tentang kondisi HAM di Papua.
Jokowi mungkin, merespon seluruh kasus-kasus pelanggaran HAM mulai dari pelanggaran masa lalu, konflik agraria, hingga kebebasan berekspresi. Dan menyampaikan sejumlah pesan penanganan masalah HAM di hadapan menteri kabinet kerja, pemimpin lembaga negara seperti Komnas HAM, gubernur, walikota, dan pegiat HAM.
“Namun sangat disayangkan tidak satu katapun tentang kondisi HAM di Papua yang disampaikan. Ini menunjukkan Presiden sengaja membiarkan pelanggaran HAM di Papua dan dapat dikategorikan sebagai pembiaran (by ommision). Apalagi selama dua tahun kepemimpinan Jokowi berbagai catatan kelam tentang HAM di Papua terjadi,” ucap dia dalam siaran pers yang diterima KedaiPena.com, Kamis (27/10).
“Dan hari ini kita menyaksikan orang -orang tidak berdosa di Manokwari bercucuran darah di atas tanah leluhur mereka, beberapa waktu lalu kita juga menyaksikan 60 orang anak Indonesia Kabupaten Nduga di Papua meninggal secara misterius. sejak 2 tahun lalu di pemerintahan Jokowi, Indonesia bahkan dunia diguncang pelanggaran HAM berat dengan menegaskan empat orang siswa dan 17 anak di bawah umur tewas pada 8 Desember 2014,” tambah dia.
Demikian pula, lanjut dia, ada beberapa kekerasan negara yang juga menewaskan masyarakat dalam  jumlah banyak seperti kasus penembakan dan pembunuhan para aktivis di Kabupaten Yahukimo yang diduga dilakukan oleh aparat Brimob pada 20 Maret 2015.
Lalu juga, kasus penembakan di Kabupaten Dogiyai pada 25 Juni 2015, ‎menewaskan 1 orang dan 11 lainnya luka-luka di Kabupaten Tolikara pada 17 Juli 2015.
“Hampir setiap minggu orang-orang di Papua meninggal karena kekerasan negara di Papua. Ada tangisan, rintian, ratapan dan penderitaan saban hari tanpa henti,” kata dia lirih.
Seperti diketahui, tadi malam tanggal 26 Oktober 2016 terjadi kekerasan di Papua. 7 orang warga Papua menjadi korban dengan dua orang kritis dan sisanya luka-luka.
Onesimus Rumayom 40 tahun, dan beberapa masyarakat sipil lainnya mengalami luka parah dan kini sedang dirawat di RS Angkatan Laut Fasharkan, Manokwari.
(Prw/Apit)