KedaiPena.Com – PDIP sebagai partai pendukung utama Jokowi memberi sambutan positif terhadap pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Plenary Session IMF-World Bank 2018. Saat itu, Jokowi memberikan analogi hubungan antarnegara maju ibarat seperti dalam serial ‘Game of Thrones’.Â
Menurut Komite Kominfo DPP PDIP Charles Honoris, apa yang dilakukan Jokowi cara efektif untuk menggaet kaum muda yang biasanya dikenal tidak suka dengan dunia politik.
“Penggunaan serial ‘Game of Thrones’ (GoT) sebagai analogi menggambarkan situasi dunia hari ini juga ‘out of the box’. GoT adalah serial TV yang ditonton puluhan juta orang di seluruh dunia. Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, misalnya, adalah salah seorang yang menggemari GoT,” sebut Charles di Jakarta, ditulis Selasa (16/10/2018).
Berbeda dengan PDIP, Gerindra sebagai partai pengusung utama Prabowo Subianto menilai pidato Presiden Jokowi di forum IMF-World Bank Annual Meeting, justru menunjukan sikap suatu negara yang tak memiliki kepercayaan diri.
“Ada dua hal yang dapat menjelaskan hal tersebut,” kata politisi Gerindra Heri Gunawan melalui keterangannya.
Pertama, kata dia, alih-alih optimisme, sebenarnya pidato Presiden Jokowi di forum IMF, menyiratkan kecemasan yang akut atas situasi ekonomi global. Pidato tersebut menurutnya justru menunjukan Indonesia tak percaya diri dengan jalan kebijakan ekonominya.
“Meskipun pemerintah sempat menampilkan drama ‘rupiah baik-baik saja’, tapi drama tersebut terpaksa dihentikan. Karena memang kenyataan di mana rupiah semakin terdepresiasi, tidak dapat ditutup-tutupi lagi. Sehingga, pidato Presiden tersebut cermin dari mental pemimpin yang inferior atau bermutu rendah,” ujarnya.
Politisi Partai Gerindra ini memandang, karena kepercayaan diri pemerintah terus terkikis, akhirnya hal ini tercermin dalam pidato di forum IMF yang meminta agar negara-negara besar paham dan mengerti terhadap situasi yang dihadapi negara-negara berkembang.
Kedua, kata Heri  semestinya karena Indonesia menjadi tuan rumah, kritik terhadap IMF yang pernah disampaikan Presiden Jokowi di 2015, dapat disampaikan langsung dalam forum tersebut. Isu ketidakadilan global, ketimpangan, serta kritikannya atas dominasi negara-negara besar dalam arsitek keuangan global, mestinya kembali disuarakan.
“Indonesia dapat menjadikan forum itu untuk mendorong agenda reformasi peran IMF dan WB yang semakin tidak relevan di era baru ini. Juga mendorong agar ‘emerging markets’ diberikan porsi yang lebih luas dan strategis dalam organisasi IMF dan WB,” urainya.
Perihal Jokowi mengutip istilah ‘winter is coming’, ia mengatakan anologi dari adanya musuh besar yang akan datang memporak-porandakan ekonomi negara, sebenarnya bukan sesuatu yang baru apalagi mengejutkan.
Laporan: Muhammad Hafidh