KedaiPena.Com – Menteri Lingkungan Hidupndan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mendorong, agar negara-negara yang tergabung dalam G20 dapat merumuskan rencana pembangunan yang lebih ambisius pasca pandemi covid-19
Hal ini, kata dia, perlu dilakukan agar dapat menyelesaikan tantangan lingkungan secara seimbang dan holistik sembari membangun dunia pasca pandemi yang lebih tangguh dan inklusif berdasarkan keadaan dan prioritas kebangsaan.
“G20 dapat menjadi katalis yang mempercepat pemulihan lingkungan dan mendorong pembangunan berkelanjutan yang lebih baik. Dan sebagai negara anggota G20, kita memiliki tanggung jawab menjadi katalis global untuk mengatasi tantangan lingkungan dan pemulihan berkelanjutan melalui contoh-contoh konkrit,” ujar Siti Nurbaya dalam paparannya pada G20 Enviroment Ministers’ Meeting yang disampaikan secara tertulis, Jumat (23/7/2021).
Ia menekankan, kepada para Menteri Lingkungan negara-negara anggota G20 bahwa Indonesia tidak hanya mengajak, namun telah mengimplementasikan ambisi yang sangat kuat dalam upaya mencapai SDG melalui aksi-aksi kongkrit yang sudah memperlihatkan hasil dalam perlindungan sumber daya alam nasional.
“Data menunjukkan laju deforestasi Indonesia pernah mencapai 3,5 juta hektar per tahun antara tahun 1996 dan 2000, lalu turun menjadi 0,44 juta pada 2019 dan semakin berkurang menjadi 0,115 juta hektar pada tahun 2020,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Siti juga menyatakan, bahwa Indonesia sudah mencapai rekor terendah laju deforestasi.
Hal ini tentu akan mampu memperbaiki lahan terdegradasi dengan mempercepat upaya rehabilitasi. Tentunya, upaya ini dilakukan untuk mencapai target net zero land degradation pada 2030.
“Untuk memulihkan lingkungan dan ekosistem, Indonesia telah merehabilitasi lahan kritis secara signifikan, antara lain selama 5 tahun terakhir, seluas 1,42 juta hektar telah dipulihkan dan tambahan target 600 ribu hektar mangrove hingga tahun 2024,” urainya.
Indonesia juga tengah mengatur ekosistem karbon biru melalui peningkatan pengelolaan Indonesian Seas Large Marine Ecosystem (ISLME). Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia Indonesia juga telah mengeluarkan peraturan untuk memanfaatkan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan.
Dari aspek sirkular ekonomi Indonesia telah mendorong pengembangan pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, serta mendorong perusahaan manufaktur untuk meningkatkan pengelolaan sampah dan limbah.
Dalam upaya mewujudkan kota berkelanjutan, Indonesia sudah efektif melaksanakan Roadmap Nasional Ekonomi Sirkular 2020-2024, dan meluncurkan Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengelolaan Sampah di seluruh Indonesia periode 2017-2025.
“Semoga 100% sampah kita bisa dikelola dengan baik pada tahun 2025, yaitu 30% dikurangi dan 70% dikelola secara sistematis,” tutur Siti lagi.
Di sisi pembiayaan, ia menyebutkan jika Indonesia telah mengembangkan Roadmap “Keuangan Berkelanjutan 2025”. Selanjutnya selama 3 (tiga) tahun belakangan, Indonesia telah memperkenalkan instrumen keuangan inovatif untuk alam, ekonomi, dan masyarakat, seperti Sukuk Hijau, SDG Bond dan Sukuk SDG. Demikian juga keuangan campuran SDG Indonesia One, untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang berorientasi SDG dan pemulihan bencana di Indonesia.
“Ini adalah beberapa contoh tindakan yang telah Indonesia lakukan. Sekarang saatnya bagi semua untuk walk the talk. Lebih banyak yang bisa dilakukan oleh dunia berkembang jika dunia internasional juga memenuhi komitmennya, termasuk dalam hal membuka sumber keuangan dan transfer teknologi,” ungkapnya tegas.
Di akhir paparannya, Siti mengajak semua negara anggota G20 untuk melakukan aksi kolektif dan global kemitraan bersama-sama jika ingin mengatasi tantangan lingkungan global, karena aksi-aksi nasional saja tidak cukup.
“Kami mendorong G20 untuk memperkuat kerjasama kolektif dan memimpin dunia menuju pemulihan lingkungan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Laporan: Natasha