Artikel ini ditulis oleh Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik.
Dalam bus Hi Ace, penulis bersama Prof Amien Rais, Dr Rizal Ramli, Ustadz Sambo, dan sejumlah tokoh lainnya, meluncur dari kediaman Dr Rizal Ramli di Jalan Bangka IX Nomor 49R, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, menuju gedung KPK di Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Saat itu, sejumlah tokoh sepakat mendatangi gedung KPK untuk menanyakan kembali kelanjutan kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang dilaporkan oleh Ubedillah Badrun.
Banyak tokoh yang hadir, seperti Letjen (TNI) Sunarko (Mantan Danjen Kopasus), Letjen Mar (TNI) Suharto (Mantan Dankorps Marinir), Rizal Fadillah, Tito Roesbandi, Wartawan Edy Mulyadi, dan masih banyak tokoh lainnya. Sebelum mendatangi gedung KPK, kami berkumpul di kediaman DR Rizal Ramli, untuk mengadakan Konferensi Pers.
Saat Konferensi Pers, Letjen Mar (Purn) Soeharto menyebut salah satu kesalahan bangsa Indonesia adalah memiliki pemimpin yang tidak jelas ijazahnya. Letjen TNI (Purn) Sunarko juga memaparkan sejumlah problem negeri ini yang sudah pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Rekan Ubedillah Badrun memaparkan ulang laporannya terhadap Gibran & Kaesang di KPK. Tokoh-tokoh lain juga menyampaikan pandangannya.
Saat sampai di KPK, Dr Rizal Ramli memimpin delegasi untuk menemui Pimpinan KPK. Tapi ternyata unsur pimpinan KPK tidak ada yang menemui.
Lalu, Dr Rizal Ramli memimpin Konferensi Pers didepan Gedung KPK, mempersoalkan laporan terhadap dua putra Jokowi (Gibran & Kaesang), yang kasusnya tidak kunjung diproses KPK. Setelah itu, kami kembali pulang dan penulis satu kendaraan lagi dengan Prof Amien Rais, Dr Rizal Ramli, Tito Roesbandi, menuju kediaman Dr Rizal Ramli.
Tak disangka, itu adalah hari terakhir penulis bertemu dengan Bang Rizal Ramli. Baru saja, penulis mendapatkan kabar Bang Rizal Ramli, Sang Rajawali Kepret meninggal pada malam ini pukul 19.30 WIB. (2/1).
Pertemuan penulis sebelumnya, terjadi di Petamburan di Kediaman Habib Rizieq Shihab, saat terjadi dialog kebangsaan dengan sejumlah tokoh nasional. Dua momen itulah, menjadi peristiwa terakhir pertemuan penulis dengan almarhum.
Bang Rizal Ramli adalah begawan Ekonomi Indonesia. Kita semua merasa kehilangan atas kepergian beliau. Indonesia bangga, pernah memiliki tokoh ekonomi sekaliber beliau.
Selama hidupnya, beliau dikenal sebagai aktivis yang kritis. Kekuasaan, tidak membuat almarhum berlidah kelu. Itu pula, yang membuat almarhum hanya menjabat 11 Bulan sebagai Menko Maritim di Kabinet Jokowi – JK.
Sebelumnya, almarhum pernah menjabat sebagai Menteri Ekuin di Kabinet Gus Dur. Pernah menjadi Kepala Bulog, dan aktif dalam berbagai pergerakan kebangsaan nasional.
Selamat jalan Sang Rajawali Kepret. Semoga, segala amal diterima, segala dosa diampuni.
اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
Amien Ya Rabbal ‘Alamien.
[***]