KedaiPena.com – Sektor makanan dan minuman dinyatakan memiliki peran besar dalam meningkatkan perekonomian Indonesia paska pandemi.
Hal ini diungkapkan dalam laporan hasil kolaborasi Mastercard-CrescentRating Halal Food Lifestyle Indonesia Report 2021 dengan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Islam (KNEKS). Dinyatakan pengeluaran (expenditure) Muslim Indonesia terhadap konsumsi makanan dan minuman serta layanan pesan-antar diperkirakan mencapai Rp1.000 triliun.
Direktur Eksekutif KNEKS, Ventje Rahardjo menyatakan laporan ini diharapkan dapat menjadi katalisator perkembangan industri makanan dan minuman halal.
“Selain itu, diharapkan juga dapat mempererat kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya mendongkrak industri Halal di Indonesia,” kata Ventje, Kamis (16/12/2021).
Dalam laporan tersebut, juga diungkapkan mengenai kebiasaan konsumen muslim Indonesia. Yakni, Gen X adalah konsumen terbesar dilihat dari pengeluaran per kapita dan total pengeluarannya, dengan total 30 persen dari populasi Indonesia.
Kemudian diikuti oleh kaum milenial sebagai konsumen terbesar kedua yang menyumbang 28 persen dari populasi muslim lokal.
“Gen X dan Milenial menyumbang hampir 60 persen dari total pengeluaran makanan di Indonesia. Di sisi lain, Gen Z adalah target pasar berikutnya yang harus diperhatikan. Saat mereka memasuki dunia kerja di tahun-tahun mendatang, pemahaman tentang perilaku mereka akan membuka peluang bagi para pemain industri makanan dan minuman,” ucapnya.
Pendapatan bulanan rata-rata dari 70 persen responden yang belanja kurang dari Rp500 ribu per bulan untuk makan adalah kurang dari Rp5 juta.
“Jumlah ini merupakan 10 persen dari pendapatan mereka. Masakan lokal Indonesia masih menjadi yang paling populer, terutama masakan khas jawa. Namun, belakangan ini masakan Asia menjadi semakin popular di kalangan masyarakat Indonesia,” ucapnya lagi.
Selain itu, laporan ini juga menyoroti kontribusi sektor makanan pedagang kaki lima sebagai bagian penting dari gaya hidup masyarakat Indonesia.
“Dapat dikatakan, sektor ini merupakan penyelamat dalam menjaga ketahanan ekonomi sektor makanan baik bagi konsumen dan pedagang kaki lima,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin mengingatkan pada para pelaku industri makanan halal bahwa pengembangan ekosistem makanan halal perlu memperhatika perubahan perilaku konsumen.
“Misalnya, setelah terjadi pandemi Covid-19, kita cenderung memilih makanan yang sehat, bersih dan higienis. Ketiga karakter tersebut dapat diasosiasikan dengan halal. Ini berarti, potensi pasar makanan halal adalah semua kalangan, terlepas dari agama dan keyakinannya,” kata Ma’ruf Amin.
Pola konsumsi masyarakat, lanjutnya, juga dipengaruhi oleh transformasi di bidang teknologi.
“Digitalisasi berhasil menyuguhkan aplikasi on-demand yang semakin memanjakan masyarakat. Transaksi online menjadi semakin mudah, mulai dari pemesanan, pembayaran, hingga pilihan pengantaran makanan,” tandasnya.
Laporan : Natasha