KedaiPena.Com – Perdagangan sektor hasil hutan berhasil menorehkan rekor tertinggi dalam kurun 10 tahun terakhir dengan mencatat sumbangan pada devisa negara sebesar 12,17 miliar dollar Amerika.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengaku cukup puas karena angka capaian tersebut yang merupakan wujud keberhasilan para ‘stakeholder’ sektor LHK yang telah mau mengikuti langkah-langkah koreksi (‘corrective actions’) untuk perbaikan pengelolaan sektor LHK. Harapannya, keberhasilan ini harus diestafetkan terus di masa-masa selanjutnya.
“Sasaran di tahun 2019 adalah keseimbangan kelestarian lingkungan dalam pembangunan, meningkatkan sumbangan ekonomi melalui konfigurasi bisnis baru dan ‘circular’ ekonomi, serta memperkuat aksi korektif sebagai landasan pembangunan berikutnya,” kata Siti melalui rilis pada Selasa (1/12/2019).
Siti juga mengungkapkan bahwa laju deforestasi di Indonesia terus menurun dan sudah dapat dikendalikan.
“Ini terkait dengan langkah-langkah perbaikan yang terus dilakukan oleh KLHK dibantu dengan dunia usaha dan masyarakat, seperti contohnya pada penerapan sistem legalitas kayu dan penegakan hukum LHK yang tentu saja berkontribusi positif dalam penurunan laju deforestasi hutan,” ucapnya.
Sejalan dengan itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi Soeprihanto menyatakan bisnis sektor kehutanan semakin berkembang dengan adanya arahan dari KLHK untuk menerapkan ‘corrective actions’.
“Saat ini kami bisa membuktikan bahwa sektor kehutanan bukanlah ‘sunset’ industri. Pada tahun 2018 ini kami mencatat rekor tertinggi penyumbang devisa dari sektor hasil hutan yaitu sebesar 12,17 milyar dollar Amerika,” ujar Purwadi.
Purwadi menambahkan jika kontribusi devisa sebesar 12,17 miliar dollar Amerika ini merupakan buah dari pergeseran penggunaan bahan baku untuk industri kehutanan dari hutan alam ke hutan tanaman industri (HTI). Dengan pergeseran ini dipastikan kelestarian hutan terwujud dan bisnis sektor kehutanan akan semakin berkembang.
“Besaran jumlah bahan baku kayu industri kehutanan tahun 2018 ini sebanyak 37 juta m3 bersumber dari HTI dan hanya tinggal 5,6 juta m3 yang bersumber dari hutan alam”, ungkap Purwadi.
Hal lain yang mendorong kelestarian hutan dan tentunya bisnis sektor kehutanan menurut Purwadi adalah adanya arahan dari KLHK untuk meningkatkan produktivitas kayu dari hutan alam dengan teknik silvikultur intensif. Dengan teknik ini produktivitas kayu dalam suatu areal dapat meningkat, sehingga mengakibatkan luasan areal hutan alam yang dieksploitasi semakin kecil, hutan semakin lestari.
Menurut Purwadi, beberapa poin ‘corrective actions’ untuk perbaikan di bidang bisnis kehutanan yang diarahkan oleh KLHK, yaitu penerapan sistem ‘online’ dalam bisnis pengelolaan hutan (SVLK, SILK, SIPUHH, SIMONTANA), perbaikan tata kelola air (water management) dan pemulihan gambut di dalam areal konsesi, peningkatan produktivitas hutan alam, optimalisasi pemanfaatan hasil hutan (optimalkan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan) dan Integrasi sosial dalam proses bisnis, sebagai kesatuan ekosistem.
Laporan: Ranny Supusepa