KedaiPena.Com – Tim gabungan mahasiswa FH Untirta yang terdiri dari berbagai komunitas, seperti komunitas mahasiswa pidana (CLSA), perdata (SVBR), HAN, HTN dan Hukum Internasional bekerjasama dengan Komunitas Relawan Banten (KRB) dan Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia (APVI) dan FH Unsur Cianjur melakukan ‘trauma healing’ terhadap korban banjir Lebak.
Aksi pendampingan psikososial dilakukan pada Rabu (8/1/2020) lalu dengan membuat kembali ceria 350 siswa SD 2 Banjar Irigasi, Lebak Gedong, Lebak Banten.
SD Banjar Irigasi, kini hanya tinggal pondasi saja, tak ada lagi bangunan, sebagian besar habis terbawa banjir. Berkas, peralatan sekolah, bahkan buku-buku di perpustakaan pun hanyut terbawa banjir bandang yang terjadi pada Rabu (1/1/2020) lalu.
Sampai saat ini, anak-anak SD Irigasi masih belum memiliki tempat yang laik untuk proses kegiatan belajar mengajar.
Giat ‘trauma healing’ diberikan sebagai sebuah upaya pemulihan trauma psikologis anak yang dilanda bencana.
Berbagai permainan yang dilakukan diharapkan dapat memulihkan rasa trauma anak korban bencana. Meski tidak akan langsung pulih, tetapi penanganan pertama terhadap anak korban bencana akan membantu anak untuk tidak mengalami trauma berkelanjutan pasca bencana.
Rena Yulia, Dosen Fakultas Hukum Untirta yang juga sebagai Koordinator Wilayah Jabodetabek dan Banten Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia (APVI) mengatakan, anak korban bencana merupakan salah satu kelompok anak yang masuk dalam kategori anak dalam situasi darurat.
Hal ini sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Dalam Pasal 60 disebutkan bahwa anak korban bencana merupakan salah satu anak dalam situasi darurat, yang memerlukan perlindungan khusus.
Perlindungan khusus itu sendiri merupakan suatu bentuk perlindungan yang diterima oleh anak dalam situasi dan kondisi tertentu, untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya.
“Hal itu sudah jelas diatur dalam undang-undang perlindungan anak. Kita tidak hanya mengkaji korban secara keilmuan, juga melakukan pengabdian langsung kepada masyarakat. Jangan menunggu untuk menjadi korban untuk peduli pada korban,” imbuhnya.
Hal lain yang menarik dari pelaksanaan ‘trauma healing’ yang lalu adalah bergabungnya istri-istri sekretaris jenderal pejabat Negara yang tergabung dalam Ses Club 2. Endang Atmaji sebagai Ketua Ses Club 2, istri dari Sesmen Kemen PAN RB, juga memberikan sambutan langsung pada saat pembukaan acara.
Endang mengajak anak-anak untuk tetap bergembira dan bersemangat dalam menuntut ilmu walaupun bangunan sekolah sudah tidak ada.
“Bangunan sekolah boleh hanyut terbawa banjir tetapi semangat untuk menggapai cita-cita tidak boleh surut,” ujarnya penuh semangat.
Dihubungi secara terpisah, Dr Agus Prihartono, SH, MH, selaku Dekan FH Untirta, menjelaskan bahwa pihaknya memfasilitasi inisiatif mahasiswa dalam pembentukan tim gabungan sebagai wujud nyata upaya dalam melakukan pemenuhan hak anak-anak, terlebih anak-anak ini perlu diberikan perlindungan khusus di lokasi pengungsian bencana alam.
Di mana hal ini seharusnya menjadi tanggungjawab negara, namun juga masyarakat dapat ambil bagian, terlebih kami selaku masyarakat akademisi memiliki tanggungjawab Tri Dharma Perguruan Tinggi diantaranya pengabdian kepada masyarakat.
Laporan: Muhammad Lutfi