KedaiPena.Com – Rizal Ramli adalah aktivis, ekonom yang berideologi kerakyatan, Gus Durian, dan lama menjadi seorang patriot yang berjuang untuk kebenaran.
Hal itu disampaikan Osmar Tanjung, Sekjen Seknas Jokowi dalam sebuah artikel yang diunggah, beberapa waktu lalu.
Sebagai ekonom, sambung dia, Rizal Ramli banyak ide bagaimana cara mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen.
Ia juga menceritakan bagaimana caranya swasembada pangan dan membuat mangkuk beras (rice bowl) untuk kedaulatan pangan di Indonesia.
“Bagaimana jalan tengah antara pemilik cantrang dengan nelayan tradisional agar rejeki dapat dibagi dan semua masyarakat bisa menikmati hasil jerih payah penenggelaman kapal yang dibuat Susi Pudjiastui dan seterusnya terkait nasib bangsa ini agar tidak terpecah-pecah,” kata dia, ditulis ulang, Kamis (21/6/2018).
Sebagai Gus Durian, imbuhnya, Rizal Ramli juga dekat dengan banyak pesantren di pulau Jawa, karena beliau pernah nyantri di Pondok Pesantren Gontor ketika beliau baru keluar dari penjara.
Bersama Khofifah dan Mahfud MD, sebagai mantan menteri era Gus Dur, mereka sempat hadir dalam haul Gus Dur di Tebu Ireng.
“Selain sebagai Gus Durian, sebagai seorang Minang, Rizal Ramli cukup akrab dengan kaum Muhammadiyah sebagaimana akrabnya Rizal Ramli dengan Buya Syafii Ma’arif,” jelas dia.
Karakter seorang Minang dan Sumatera sangat melekat pada RR, sapaan Rizal Ramli berbeda karakternya dengan Jokowi yang Jawa. Sehingga layak diusung sebagai capres-cawapres di Pilpres 2019.
“Dua karakter yang berbeda ini seperti pasangan ‘founding fathers’, Soekarno-Hatta. Saya bukan psikolog, namun saya melihat pasangan yang abadi adalah pasangan yang saling melengkapi dan mengisi kekuarangan masing-masing,” lanjutnya.
Jadi, sangat dimungkinkan dengan latarbelakang hidup seorang Rizal Ramli dapat menjadi penguat, pengisi dan pelengkap visi Jokowi yang belakangan ini semakin kabur. Bahkan, ada yang berpendapat Jokowi-JK sudah kehilangan visinya.
Ia juga yakin, partai politik yang sejalan ide dan visinya dengan Rizal Ramli adalah PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri.
PDI Perjuangan adalah organisasi politik yang beridiologikan Marhaenisme yang sejalan dengan ideologi negara Indonesia yakni Pancasila.
“Kita tahu bahwa pencetus dua ideologi ini adalah Bung Karno, sebagai bapak ‘pencipta’ Pancasila. Izinkan saya mengusulkan kepada Ibu Megawati Soekarno Putri, jangan menggunakan strategi yang sama dalam setiap pertempuran,” jelas dia.
“Saya melihat PDI Perjuangan yang dipimpin Ibu Megawati terlalu acap menggunakan strategi ‘death by beadline’ yang kadangkala membuat kartu as ataupun joker yang dimiliki menjadi mati dalam permainan.
Sementara partai lain menggunakan strategi yang kontras dengan PDI Perjuangan. Bukankah kemenangan diperoleh dari kepiawaian kita membaca gerak alam?,” tandasnya.
Laporam: Irfan Murpratomo