KedaiPena.Com – Wacana penundaan pemilu terus digulirkan. Setelah trio ketua umum parpol, Airlangga Hartarto (Golkar), Muhaimin Iskandar (PKB) dan Zulkifli Hasan (PAN), kini Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang bicara. Ia mengklaim ada 110 juta orang di media sosial, berdasarkan big data, yang mendukung wacana penundaan Pemilu 2024.
Tokoh Nasional Rizal Ramli mengatakan bahwa Menko Luhut sedang menguji kesabaran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri.
“Teman saya Pak Luhut masih ngotot aja itu, saya lihat dia ngetes, menguji Mbak Mega aja itu. Mbak Mega bilang enggak boleh ada perpanjangan. Pak Luhut masih ngeyel, masih keukeuh. Ini kayaknya menantang kesabaran Mbak Mega. Saya bilang ke Pak Luhut, hati-hati,” ujar Rizal, di Ponpes Bani Abdul Hanan, Serang, Banten, ditulis Minggu (13/3/2022).
Padahal, sejak tahun lalu, Mega sempat menyindir pihak yang menuding Presiden Jokowi melanjutkan kekuasaannya, dalam bentuk apapun. Ketika itu, yang ‘digoreng’ adalah jabatan presiden tiga periode.
“Hari ini Pak Jokowi dikocok, berkeinginan katanya untuk tiga periode. Lah yang ngomong itu yang kepingin sebetulnya. Suatu saat siapa tau dianya bisa jadi ingin tiga periode,” kata Megawati saat berpidato di acara peluncuran buku Merawat Pertiwi secara virtual, Rabu (24/3/2021).
Ia pun meminta para kader untuk menjabat cukup dua periode, termasuk untuk posisi kepala daerah.
“Mau cari kekayaan, mau cari kekuasaan, mau cari ketenaran? Berhenti lah. Paling dua periode. Enggak ada lagi. Dua periode. Jangan asal duduk aja. Tugas kalian utama sebagai kader partai adalah memperjuangkan nasib rakyat,” kata Megawati.
Rizal Ramli melanjutkan bahwa tidak pernah ada perpanjangan masa jabatan presiden atau penundaan pemilu dalam sejarah Reformasi.
Usai Presiden kedua RI Soeharto lengser pada 1998, BJ Habibie diangkat sebagai presiden. Setahun kemudian, Habibie memilih mempercepat pemilu yang seharusnya berlangsung di 2002.
“Jadi ada contoh, ketika ada pemimpin tidak ada legitimasi rakyat, pemimpin itu mempercepat proses pemilu,” ucap Rizal.
Eropa maupun Jepang pun, katanya, biasa melakukan itu jika ada pejabat tinggi pemerintahan yang mengundurkan diri saat melanggar etika atau berbuat kesalahan.
Di Eropa biasa banget. Pemimpinnya enggak becus, dipercepat pemilunya, biar dapat pemimpin baru yang bisa nyelesein masalah. Ini malah sebaliknya, diperpanjang,” cetus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman periode pertama Jokowi itu.
Laporan: Muhammad Lutfi