Artikel ini ditulis oleh Salamuddin Daeng, Pengamat Ekonomi Energi.
Indonesia dan benua di bagian selatannya tidak bisa dipisahkan. Di negeri ini kisah tentang kerajaan selatan begitu kuat, dalam, dan masiv di seantero Nusantara bukan hanya di Jawa. Bahkan ada yang melihat masa depan itu ada di selatan.
Abad Samudera Hindia telah dideklarasikan. Abad Selatan. Di wilayah di mana manusia akan mencari penghidupan di masa mendatang. Ketika Negeri Utara resesi, konflik, perang, lahan dan wilayah yang sempit mengakibatkan masyarakatnya mengalami kebuntuan. Utara tidak memiliki skenario untuk tumbuh. Mereka mengalami keputusasaan dan hanya bisa berharap perang akan meluas. Setelah itu rekonstruksi dan tumbuh. Mereka mau mengulang sejarah PDII.
Negeri Utara putus asa dan tidak dapat melakukan transisi energi, yang digadang gadang akan mampu mengatasi bencana perubahan iklim dan bencana alam yang mengerikan. Mereka tidak dapat meninggalkan energi kotor dan tekhnologi kotor yang menjadi jangkar keuangan mereka. Meskipun telah terbukti berkali kali bahwa itu telah merusak sistem mereka sendiri. Energi kotor menghasilkan uang kotor menghasilkan unbalance.
Masa depan dunia ada di Negeri Selatan, dari Indonesia ke selatan, wilayah yang sangat lapang dan luas. Zaman lampau di sebut sebagai Java la Grande, Java yang besar, sebuah benua tanpa tepi membentang ke arah selatan. Jauh sebelum Australia di temukan Inggris, para pendahulu nenek moyang Nusantara telah memetakan wilayah selatan dengan akurat, nenek Moyang para pelaut.
Sekarang Antartika sebelah pulau Jawa telah berubah menjadi hijau, menandakan bahwa peradaban siap tumbuh, dari sesuatu yang baru, pertumbuhan yang besar, di atas landasan yang baru, sumber daya yang baru, kekayaan baru yang tiada taranya.
Menuju Antartika salah satu kunci menjadikan Indonesia climate super power. Indonesia sebagai sandaran dunia masa depan. Sebagai tempat mendapatkan oksigen, sebagai tempat mendapatkan makanan yang tidak tercemar, sebagai tempat untuk mengakhiri sejarah dan menyambut zaman baru.
Mungkin ada yang akan bertanya mengapa menteri kok banyak? Menteri banyak tidak masalah, makin banyak yang bekerja makin bangus, banyak kepala yang mikir hasil makin bagus. Penting bagi pemerintah untuk mencari uang yang banyak, sehingga cukup uang untuk gaji, kantor dan kebutuhan yang diperlukan agar para menteri bisa bekerja sekeras kerasnya, tanpa rasa kuatir dapur tidak ngebul. Khusus Menko Antartika itu akan menjadi bukti bahwa Indonesia sedang bersiap menjadi super power baru. Climate Super Power itu gelar yang diberikan Inggris sebelum pertemuan G20 lalu.
[***]