NUSA Putra adalah intelektual UNJ (Universitas Negeri Jakarta). Di era 90 an tulisan-tulisannya seringkali di muat di Kompas dan media lainya. Sejumlah riset nasional untuk kepentingan Pendidikan telah beliau lakukan, dan menulis kurang lebih 50Â buku.
Posisi intelektualnya itulah membuat beliau cukup dekat dengan intelektual UNJ lainnya, seperti Prof Conny Semiawan, Prof Tilaar, Prof Winarno. Juga dengan anak muda seperti kami di era 90 an, saat kami belajar melawan rezim Orde Baru, beliau salah satu yang mendampingi kami untuk berani kritis dan intelek. Membina kami saat pelatihan kepemimpinan, pelatihan politik, sangat mencerahkan.
Saat Mubes Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta (FKSMJ) pertama kali untuk membuat FKSMJ memiliki dokumen berorganisasi pada maret 1996, beliaulah yang hadir memberikan pencerahan bersama Erlangga dan Arbi Sanit. Gaya bicaranya se-tipe dengan almarhum Erlangga, lugas, bergaya Sumatera Utara dan bernas.
Ketika kami menjenguk beliau saat di rumah sakit beberapa waktu lalu, setelah kami mendoakan beliau, kami mendengarkan isi hati dan nasehat-nasehat beliau cukup panjang hampir 2,5 jam, sambil sesekali tetesan air mata beliau (yang tak pernah kami lihat sepanjang hidupnya) dan air mata kami pun tak terbendung meleleh.
Berikut ringkasan nasehat beliau:
“Ubed, maafkan saya jika saya ada salah, sampaikan juga kepada semua rekan dosen sampai pejabat UNJ maafkan saya, mungkin tingkahlaku dan cara saya salah dalam menyampaikan kebenaran, sejujurnya saya hanya ingin UNJ maju dengan tradisi keilmuan, riset yang jujur, menulis buku, dan lain-lain. Tidak banyak orang yang memahami niat saya, tetapi banyak orang yang melihat saya dari hal-hal permukaan yang simbolik dari saya, dari kata-kata saya yang to the point, oleh karenanya saya mohon maaf untuk semuanya. Hidup ini fatamorgana, mungkin saya akan berakhir, saya berpesan teruslah beramal, tapi jaga kesehatan, ketahuilah dunia ini makin dikejar kamu tidak akan mendapatkan apa-apa, teruslah menulis”.
Lalu beliau menunjukkan tulisanya yang terakhir di ipad nya, sekitar nasehat tiga paragraf, saya lupa judulnya, intinya beliau menulis tentang hidupnya kemungkinan akan berakhir dan di tulisan itu beliau mengemukakan tentang kepastian akhir kehidupan dan Maha Kuasanya Allah SWT (mungkin bisa ditanya istri beliau tulisan beliau terakhir di ipad sebelum masuk ICU).
Saat itu, kami larut dalam suasana haru dan kami katakan “Bang Nusa insya Allah sembuh, bertahan bang,†tapi, beliau katakan â€Maafkan saya,†dan pagi ini Kamis, 7 Juli sekitar jam 04.20 Wib, intelektual pejuang itu kembali kepada-Nya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Oleh Ubedilah Badrun, mahasiswanya pada mata kuliah Bahasa tahun 1995 yang pernah diajari pertama kali menulis di koran Kompas.