ANALISA saya, SBY sedang mencari pintu masuk ke kubu Jokowi secara ‘soft’. SBY tentu malu kalau terlalu kasar masuk ke kubu Jokowi, dia tidak ingin dibilang pengkhianat. Dia tidak ingin dibilang demi dapatkan jabatan untuk anaknya, lalu dia berkhianat. Harus ada alasan kuat.
Saya melihat, Andi Arief, Eggi Sudjana dan Kivlan Zen adalah para aktor yang berperan untuk menjadi pembuka pintu. Kivlan zen dan Eggi diskenariokan menyerang andi Arief, lalu Andi arief berbalas pantun dengan Kivlan dan eggi. Yang nanti melebar sampai menyenggol BPN dan Prabowo.
Analisis ini tentu bukan tanpa alasan, karena sangat terlihat upaya demokrat mulai merapat ke Jokowi dan meninggalkan Prabowo. Serangan-serangan kecil mulai dikeluarkan Demokrat untuk menyerang Prabowo. Serangan-serangan itu selaras dengan perubahan sikap demokrat yang mendadak “lurus”.
Mereka perlahan mulai menarik tim yang biasa menyerang Jokowi, tentu tidak semua ditarik. Sinyal awal seolah-olah mereka objektif. Sikap mereka pun berubah. Tapi sikap itu tentu tidak cukup, harus ada alasan yang sangat kuat sehingga mereka bisa ‘full’ diterima dan berada di kubu Jokowi.
Maka terbentuklah dagelan keributan antara Andi Arief dengan Eggi dan Kivlan. Tapi sayangnya skenarionya sangat buruk, karena tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba langsung ribut. Tidak ada pemicu yang kuat untuk ribut, lalu mereka ribut bahkan sampai saling menyerang personal.
Dagelan keributan ini tentu akan merembet sehingga mendapatkan reaksi dari BPN. Maka akan terjadi sahut menyahut yang membuat Demokrat pecah kongsi dengan Prabowo dan BPN. Ketika pecah, maka Demokrat bisa dengan gagah membela Jokowi tanpa malu dituduh pengkhianat
Tuduhan pengkhianatan itu luntur dengan keributan ini. Tuduhan pengkhianatan luntur dengan pecah koalisi. Demokrat akhirnya akan berbalas pantun dengan kubu 02. Mereka kemudian akan berbalas pantun soal Jokowi, dan demokrat akan membela Jokowi secara brutal.
Maka dalam sekejap, Demokrat akan menjadi pembela Jokowi yang paling terdepan. Mereka seolah-olah menjadi juru bicara Jokowi. Siapapun itu akan mereka lawan untuk membela Jokowi. Tentu saja dengan harapan lamaran kerja ke Jokowi yang akan mereka layangkan agar AHY menjadi Menteri, dikabulkan.
Sah-sah saja jika Demokrat mau melakukan hal ini, tapi sayangnya Demokrat sudah terlanjur ikut membiarkan negara ini gonjang-ganjing dan biarkan pihak pendukung khilafah bergabung bersama mereka di kubu 02, bahkan begitu mesra dengan kelompok tersebut saat berada di kubu 02.
Baiknya Demokrat konsisten bantu Prabowo yang sudah salah jalan dari awal, jangan buat skenario menjadi pahlawan bagi Jokowi. Seharusnya kalau demokrat punya sikap, dari awal sudah bersikap, bukan setelah Jokowi menang baru bersikap, terlalu vulgar kelihatan memburu jabatannya.
Konsisten saja membela yang salah dari awal, toh memang dari awal sudah menyadari mengikuti pihak yang salah dan mendukung yang salah. Saya yakin, kalau Prabowo yang menang Pilpres, tidak akan pernah ada dagelan ini. Dagelan ini muncul karena Jokowi menang. Terlalu vulgar..
Masih lebih baik jika Demokrat terus terang saja meminta jabatan ke Jokowi untuk AHY, daripada harus membuat dagelan agar ada alasan untuk pindah dan menjadi pahlawan pembela Jokowi. Skenario dagelannya terlalu buruk Pak SBY, sehingga terlihat seperti sinetron murahan.
Oleh Teddy Gusnaidi, Dewan Pakar Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)