KedaiPena.Com – Selepas Ministrial Meeting dan Lunch Meeting dengan para cruisers di Pan Pacific Hotel Singapore, 19 Januari 2017 sore, Menpar Dr Ir Arief Yahya MSc langsung berkunjung ke Marina Bay Sands, tempat pameran B to B (Business to Business, red) Travel Exchange ATF, yang digelar selama 2 hari, 19-20 Januari 2017.
Mantan Dirut PT Telkom Indonesia ini menyapa sekitar 40 pelaku industri Pariwisata yang sedang sibuk bertemu dengan buyers.
Satu per satu, mereka disapa, bersalaman, dan diinterview, bagaimana appointments dengan para buyers yang diatur oleh Travex ATF 2017 itu. Bagaimana perkembangan dan bisnis pariwisata yang sedang mereka jalani selama 2016? Bagaimana menatap business opportunity di 2017? Apa kesimpulannya?
“Oke, positif, optimistic, dan semua industri kelihatan sangat bergairah,†ujar Menpar Arief Yahya, di Marina Bay Sands, Singapore.
Didampingi Asdep Pengembangan Pemasaran Mancanegara Wilayah ASEAN, Rizky Handayani Mustafa dan para stafnya, Arief Yahya ikut merasa optimistic, meskipun target 2017 ini cukup fantastic.
Dia berprinsip bahwa peran pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata adalah membuat regulasi yang membuat industry bisa bergerak secara leluasa untuk mengembangkan bisnisnya.
“Industry lead, government support! Itu yang dibutuhkan untuk membangun ekosistem bisnis yang memberi angin kepada mereka untuk berkembang,†kata Arief Yahya, yang memang punya background professional itu.
“Jangan sampai government ikut-ikutan menjadi operator. Fungsi dan peran government adalah regulator. Itu saja, jangan offside untuk ikut-ikut menjadi operator. Biarkan itu wilayahnya industri. Ada bisa bayangkan, bagaimana seandainya seorang wasit di sepak bola juga ikut bermain bola dan terlibat dalam pertandingan? Dia bisa meniup peluit, untuk pemain yang melakukan pelanggaran. Bagaimana kalau dia sendiri yang melanggar? Siapa yang nyemprit?†tanyanya.
Prinsip inilah yang membuat para industry yang bergerak di sector Pariwisata itu merasa nyaman, merasa dilindungi oleh regulasi, dan percaya dengan aturan main yang diundangkan oleh pemerintah.
“Di mana-mana, di seluruh dunia, ya seperti ini. Kalau mau membawa iklim usaha yang sehat, dan mendorong pelaku usaha berkreasi lebih cepat, maka regulasi harus konsisten, dan posisi pemerintah harus jelas, sebagai regulator,†ungkap Arief Yahya.
Ada contoh baik, dan membuktikan Kemenpar disiplin dengan prinsip sebagai regulator yang fair. Yakni ITX –Indonesia Travel Xchange–, digital market place yang mempertemukan antara buyers dan sellers dalam satu platform digital. Semacam mal bagi semua pelaku bisnis pariwisata, dari hotel, resort, airlines, restorant, café, convention, park, rent a car, travel agent, travel operator, souvenir shop, ticketing, dan segara rupa atraksi pariwisata.
“ITX sendiri adalah perusahaan IT, bukan travel agent seperti Traveloka, Booking.Com, Ctrip.Com, TripAdvisor.Com, Agoda.Com, Tokopedia.Com, Alitrip.Com dan sebangsanya. ITX hanyalah platform, yang memberi jalan pada semua pelaku bisnis pariwisata di Indonesia untuk berkembang menjadi OTA (Online Travel Agent), atau menjalankan bisnisnya dengan Online System,†kata Arief Yahya.
Dengan begitu, lanjut dia, tidak ada conflict of interest bagi ITX, dan tidak akan bersaing di bisnis pariwisata. Bisnisnya ITX adalah teknologi. Agar members-nya bisa bersaing dengan OTA lain di dunia, yang sudah bisa melayani customers secara online.
“Kalau ITX menjadi OTA, maka itu akan memakan TA-TO yang ada, apalagi yang belum online? Tapi, ITX focus pada IT solution. Tujuannya, adalah bagaimana membuat members-nya bisa memperoleh klien yang banyak dan transaksi yang besar, karena mereka hanya akan memperoleh revenue jika membersnya hidup, besar dan bertransaksi dengan angka yang besar. Karena ITX hanya memungut success fee 2,5%, dari total transaksi. Kalau tidak terjadi transaksi, ya tidak perlu membayar abonement, tidak perlu menyewa booking system dan payment engine-nya,†ungkap Arief Yahnya.
Di Travex ATF 2017 itu, Arief Yahya cukup gembira, karena pavilion Wonderful Indonesia di ajang pameran itu tidak memalukan. Bahkan terlihat paling keren, diantara negara peserta lain, termasuk jika dibandingkan dengan tuan rumah Your Singapore, Malaysia Truly Asia, maupun Amazing Thailand. Memang tidak ada arsitektur Phinisi seperti biasanya, karena pameran itu sendiri lebih ke B to B, bukan B to C.
“Kali ini, kami mencoba dengan sentuhan cultural. Sentuhan batik, minuman jamu dan rempah, spa, dan LED di banyak sudut untuk memutar TVC Wonderful Indonesia lengkap dengan sound track, What a Wonderful World yang dilantunkan Louis Amstrong. Hari ini, rata-rata para industri ini appointment dengan 25-30 buyers sehari,†jelas Rizky Handayani.
Tahun ini Indonesia hadir dengan paviliun seluas 305 m2 (40 booth) dengan menonjolkan tekstil nusantara dan coral triangle. Peserta yang bergabung dengan booth Indonesia terdiri dari 40 industri pariwisata Indonesia (TA/TO, Hoteliers, dan Atraksi) yang berasal dari 10 destinasi provinsi, yaitu: Bali (26), Jakarta (3), Jawa Tengah (1) Nusa Tenggara Timur (2), Jawa Timur (1), Sulawesi Utara (1), Kepulauan Riau (3), Jawa Barat (1), Nusa Tenggara Barat(1), dan Papua Barat (1).
â€Kemenpar sendiri tidak pernah absen mengikuti Travex ATF ini, setiap tahun sekali, yang bersamaan dengan ministerial meeting. Tahun lalu dilangsungkan di Manila Filipina, dan tahun depan digelar di Thailand,†ujar Rizky Handayani.
Pihaknya membawa delegasi 40 industri dari destinasi-destinasi unggulan di Indonesia. Mereka akan membawa paket-paket wisata yang tentunya sudah siap untuk ditawarkan kepada para buyers.
Menurut dia, industri tour & travel, industri atraksi, hotel, resort, dan DMO akan intens melakukan pertemuan bisnis yang langsung selling. Travex ATF 2017 diharapkan bisa menghasilkan transaksi bisnis paket wisata dalam upaya mendatangkan wisatawan mancanegara skala besar ke Indonesia. Tahun ini tema ATF 2017 adalah “Shaping Our Tourism Journey Together†sekaligus juga merayakan ulang tahun ASEAN yang ke-50 dengan mengkampanyekan ‘Visit ASEAN@50: Golden Celebrations.
â€Dimana tentunya ini menegaskan bahwa Indonesia memandang penting kerja sama negara-negara ASEAN dalam industri pariwisata. Diharapkan dari kerjasama ini menciptakan dan meningkatkan kesadaran bahwa ASEAN sebagai kawasan tujuan wisatawan yang kompetitif di Asia Pasifik,â€beber wanita yang biasa disapa Bu Kiki itu.
Untuk mendukung pelaksanaan Travex ATF 2017, imbuh Kiki, Kemenpar bekerjasama dengan Travel Weekly Asia untuk pemasangan advertisement selama 3 (tiga) hari pelaksanaan Travex ATF 2017 berupa 3x double page spread serta interview Menteri Pariwisata terkait strategi marketing pariwisata Indonesia tahun 2017 serta 10 destinasi prioritas sebagai Bali baru.
Sebagai salah satu NTO (National Tourism Organization), Kemenpar juga akan melaksanakan media briefing pada tanggal 19 Januari 2016 pukul 14.00 – 14.45 yang akan dihadiri oleh media yang akan diundang oleh organizing committee ATF 2017. Selain itu, Kemenpar juga akan menghadiri ASEANTA Board Meeting yang akan dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2017 pukul 9.30 – 17.00 di Orchard Room, Excelsior Tower Level L, Peninsula Excelsior Hotel Singapore, melanjutkan ASEANTA Board Meeting pada tanggal 27 November 2016 di Lotte Seoul Hotel, ROK. ASEANTA Board Meeting diantaranya akan membahas Visit ASEAN@50, President ASEANTA, dan ASEANTA Excellence Awards 2017.
Kiki juga memandang Travex ATF 2017 di Singapura merupakan tempat yang sangat potensial untuk melanjutkan program promosi Kemenpar yang sebelumnya fokus pada branding dan advertising karena merupakan pameran business to business yang memungkinkan para pelaku industri di Indonesia memperluas jejaring pasar mereka dan menawarkan paket-paket wisata Indonesia.
“Promosi yang dilakukan selama ini lebih bertitik berat pada branding dan advertising. Kali ini, lebih bergeser ke selling, apalagi Singapore yang secara geografis juga dekat, cukup 45 menit naik kapal penyeberangan,†tuturnya.
Kerja sama pariwisata Indonesia dengan Singapura sudah terjalin dan baru saja menghasilkan Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman Kerja Sama Bidang Pariwisata antar kedua negara yang ditantangani pada November 2016 lalu. Lingkup kerja sama MoU ini adalah promosi dan pemasaran bersama, kapal pesiar (cruise), dan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition).
“Singapura tidak hanya sebagai hub transportasi udara internasional dan pintu gerbang pariwisata via laut. Singapore akan menjadi transportation hub untuk pasar MICE. Ada puluhan ribu perusahaan asing, baik dari Eropa, Amerika, Asia dan Australia yang memiliki kantor perwakilan di Singapura. Ada ribuan penerbangan yang transit maupun destination-nya Singapore. Tinggal buat packet, buat mereka yang turun ke Singapore, untuk berwisata alam di Kepri, free menyeberang ke Batam dan Bintan,†tutur dia.
Laporan: Muhammad Hafidh
Foto: Istimewa