KedaiPena.Com – Ditetapkannya nama Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo Subianto, dinilai terlalu dini oleh sebagian kalangan. Namun, Direktur Eksekutif Institute for Policy Studies (IPS) Muhammad Tri Andika menilai munculnya nama Wakil Gubernur DKI Jakarta itu justru berpotensi memberikan dukungan elektoral yang sangat signifikan di Pilpres 2019 untuk Prabowo.
“Bukan semata karena faktor kapitalnya, sebagaimana yang kerap diisukan di media. Itu hanya salah satu. Tapi ada tiga infrastruktur lain, yang membuat sosok Sandi layak diperhitungkan secara serius menjadi wapres Prabowo,†ujar dia dalam keterangan yang diterima redaksi, Jumat, (10/8/2018).
Dia menjelaskan, bahwa infrasktruktur politik yang pertama adalah infrastruktur elektoral. Dukungan 57 persen suara Anies-Sandi di Pilkada Jakarta 2017, adalah modal elektoral yang sangat cukup. Modal ini melampaui modal Jokowi di 2012, yang memperoleh 53 persen suara warga Jakarta.
“Sementara itu, AHY di 2017 hanya memperoleh 17 persen. Padahal, dukungan SBY selama kampanye Pilkada Jakarta sangat maksimal. Dari sini kita bisa mengukur, bahwa efek elektoral SBY tidak terlalu bekerja. Hal yang sama, akan sangat mungkin terulang jika AHY maju di 2019,†beber dia.
Sedangkan infrasktruktur yang kedua, kata dia, adalah benar kapital yang dimana Pilkada 2017, LHKPN menempatkan Sandi sebagai kandidat terkaya di antara kandidat yang lain. Bahkan Sandi termasuk 100 orang terkaya di Indonesia, jauh sebelum dirinya masuk ke politik.
“Menghadapi profil petahana dengan akses logistik yang tidak terbatas, mau tidak mau Prabowo juga harus serius memikirkan kesiapan logistiknya. Termasuk dengan mencari pasangan yang kuat infrastruktur kapitalnya,†ungkap dia.
Untuk infrastruktur politik Sandi yang ketiga, lanjut dia, adalah kapasitas intelektual. Baik Sandi maupun AHY sebenarnya memiliki latar belakang pendidikan yang sama-sama mumpuni. Meskipun, dari penampilan di publik, Sandi tampaknya lebih artikulatif dan genuine dalam merespon suatu isu.
“Sementara kesan kaku pada AHY, masih sangat kuat. Terutama jika dilihat dari pidato-pidatonya. AHY belum bisa muncul sebagai dirinya sendiri,†sindir dia.
Khusus infrastruktur keempat yang ada pada Sandiaga adalah energi milenial. Di 2019, pemilih berusia 17-38 tahun diperkirakan mencapai 55% dari jumlah pemilih. Ini ceruk pemilih yang sangat besar.
Dibandingkan kandidat lain, ungkap dia, Sandi dan AHY memiliki jarak usia yang lebih dekat dengan kelompok pemilih tersebut. Milenial, pemilih muda, dan pemilih pemula.
“Dan ini modal penting, yang juga dibutuhkan dari sosok pendamping Prabowo. Karenanya, jika digarap secara serius oleh Sandi, maka ini bisa meningkatkan perolehan suara Prabowo dari kelompok pemilih muda,†jelas dia.
“Sehingga, sekali lagi, meski kemunculan sosok Sandi sebagai cawapres dinilai masih teramat dini, justru dengan keempat infrastruktur politik yang ada pada dirinya saat ini, jika dikelola maksimal, bisa jadi akan sangat berpengaruh terhadap kemenangan Prabowo di Pilpres 2019,†pungkas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh