KedaiPena.Com- Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) angkat bicara soal saling serang dan sindir Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dengan Yenny Wahid. Saling sindir Cak Imin dan putri Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu sontak mengingatkan kembali peristiwa lama saat PKB menghadapi sejarah regenerasi.
Wakil Sekretaris Dewan Syuro PKB, Maman Imanulhaq menjelaskan tentang nilai-nilai Gus Dur yang diperjuangkan PKB. Gusdur, kata Kiai Maman, adalah milik semua, tidak bisa dikerdilkan dengan klaim bahwa Gus Dur cuma milik segelintir orang saja.
Kiai Maman yang dikenal sebagai santrinya Gus Dur, bercerita tentang perjuangan Presiden ke-4 RI tersebut. Sebagai aktivis demokrasi, tidak mudah pula bagi Gusdur dalam membuka jalan demokrasi.
“Di PKB, nilai-nilai Gus Dur juga terus jadi marwah perjuangan. Cak Imin pun selalu menekankan semua pengurus membawa pemikiran-pemikiran Gus Dur untuk tiap rencana aksi,” kata Kiai Maman dalam keterangannya, Jumat (25/6/2022).
Menurut Kiai Maman, Cak Imin membawa PKB menjadi satu-satunya partai yang menggabungkan antara spiritualitas dengan diskusi tentang demokrasi, green party, HAM, sampai isu gender, sesuai dengan napas perjuangan Gus Dur.
Nilai lain yang kini terus diteladani banyak elite PKB, Gus Dur sebagai sosok yang senang bersilaturahmi, menyambungkan nilai kebangsaan dengan semua golongan, termasuk lintas agama, suku, dan budaya.
Gus Dur pula, kata Kiai Maman, tidak segan untuk menyapa anak-anak muda. Ia bicara dengan bahasa-bahasa yang dipahami oleh mereka. Sisi humanis ini menjadi identitas bagi kepengurusan PKB di semua tingkat.
Kiai Maman pun paham atas narasi terbuka Cak Imin dan Yenny Wahid. Menurutnya, daripada saling sindir atau pakai buzzer untuk menyerang pribadi, lebih baik seperti Cak Imin dan Mbak Yenny, dua anak ideologis Gus Dur yang memilih perang narasi sendiri.
“Belajar dari keduanya, kita mengingat cara Gus Dur bahwa konflik adalah salah satu uoaya untuk mencerdaskan publik,” pungkas Kiai Maman.
Laporan: Muhammad Hafidh