KedaiPena.Com – Begitu banyak informasi yang berseliweran soal aksi damai 4 November 2016 dan bentrok yang terjadi di malam harinya. Kadang informasi tersebut tidak valid sesuai fakta di lapangan.
Helfmi Al Djufri, S.Sy, salah seorang peserta aksi memaparkan hal yang ia alami. Mudah-mudahan, hal ini menjadi penyeimbang atas berbagai hal negatif aksi yang dilakukan pada 4 November tersebut
Berikut catatannya sejak pukul 14.00-20.30 WIB;
1. Setibanya massa di Istana negara sekitar Pkl.14.00, aksi berjalan baik, damai & tertib. Semua karena dikomandoi oleh para Ulama & Habaib.
2. Massa memenuhi dua jalur depan Istana Negara.
3. Saya sendiri berada dekat dengan mobil komando dari awal sampai insiden terjadi.
4. Selama di sekitar Istana tidak ada sinyal internet, entah apa penyebabnya.
5. Sekitar Pukul 19.40, elemen mahasiswa bentrok dengan polisi di pojok jalan yang memang jauh dari pantauan mobil komando.
6. Tiba-tiba sekitar pukul 19.50, polisi menembak massa yang berada di jalur depan RRI, sedangkan mobil komando & massa lainnya ada di seebrangnya.
7. Secara membabi buta, polisi menembak seluruh massa yang ada di depan RRI selama kurang lebih 10 menit. Dan Ulama menenangkan, dan massa yang ada di seberang RRI dekat mobil komando tetap tertib & tidak ditembaki.
8. Pada menit ke-15 dari ujung jalan tempat polisi menembaki elemen mahasiswa, polisi menembaki juga gas air mata ke tengah-tengah massa yang ada dekat mobil komando. Secara membabi buta juga mereka menembak gas air mata ke tengah-tengah kerumuman massa dekat mobil komando.
9. Gas air mata diarahkan ke mobil komando dengan sengaja tapi Alhamdulillah, tidak ada peluru yang menembus sampai ke mobil komando.
10. Tapi, karena tembakan itu tidak henti-hentinya diluncurkan, sehingga asap gas air mata meracuni para Habaib & Ulama.
11. Ust. Arifin Ilham pun hampir pingsan gara-gara gas air mata, saya membantu mengawal Ust. Arifin Ilham ke ambulan bersama laskar FPI.
12. Banyak Habib yang juga keracunan yang dilarikan ke ambulan, termasuk banyak laskar & massa yang kena tembak di kaki & perutnya. Saya membantu menggotong mreka bersama massa lainnya.
13. Selama lebih dari 30 menit tembakan itu terus menghujani langit lokasi aksi damai.
14. Aksi damai ini dinodai oleh polisi, bahkan gas air matanya pun mengenai mobil truk polisi yang diparkir di pojok depan gerbang monas sampi terbakar. Entah siapa yang membakarnya, apakah oknum polisi yang jadi provokator atau massa (Allahu’alam), saya & komando di mobil terkejut tiba-tiba ada kebakaran 1 mobil.
Tapi entah bgaimana ada 1 mobil Polisi lagi berbentuk jenis kijang tanpa badan yang terbakar karena diparkir tepat di samping truk polisi, mungkin karena rembetan api (Allahu’alam).
15. Lebih dari 30 menit kami ditembaki gas air mata & peluru karet, para Ulama & Habaib tetap menyuruh massa untuk diam, duduk di tempat & tidak maju apalagi mundur. Karena rencana & tujuan aksi hasil syuro para Ulama & Habaib adalah menginap di depan istana sampai Jokowi menerima delegasi Ulama.
Bahkan Habib Rizieq menasehati Polri agar berhenti menembaki massa & mahasiswa, tapi nasehat & peringatan tersebut diacuhkan sama sekali oleh Polri.
16. Setelah lebih dari 30 menit kami ditembaki, Panglima TNI & Kapolri menginstruksikan seluruh anggota Polri jgn menembak, tapi instruksi itu tetap dihiraukan oleh anggota Polri, kami pun terus dihujani tembakan gas air mata & peluru karet.
17. Alhamdulillah, saya bergabung brsama massa lainnya melindungi Habaib & Ulama di depan mobil komando, siap mati syahid kalau tertembak. Kami merasa tenang di depan para Ulama & Habaib walaupun suara tembakan gas air mata di depan mata kami.
Kami hanya keracunan saja, tapi masih hidup. Banyak massa lainnya yang dilarikan ke ambulan & RS karena tidak kuat racun gas air mata & peluru karet. Alhamdulillah tidak ada yang meninggal.
18. Sesuai dengan rencana & tujuan aksi adalah damai, hanya menuntut keadilan terhadap penista agama. Para Habaib & Ulama tetap menyuruh kami untuk tenang, tidak maju, tidak mundur, tidak melawan, dan akhirnya kami pun diperintahkan mundur dengan tertib, tenang & damai yang disuarakan dari mobil komando.
Sekian kejadian yang sebenarnya di Istana Negara. Polisi menodai aksi damai ulama dan umat Islam se-Indonesia.
Laporan: Anggita Ramadoni