KedaiPena.Com – Pasca reformasi politik, sosok ideolog partai, Akbar Tandjung boleh dikatakan berhasil dalam konsolidasi internal Golkar. Saat itu, partai beringin dihantaman badai reformasi politik.
Demikian disampaikan Pengamat politik dari Universitas Lampung Arizka Warganegara, ditulis Kamis (11/2).
Perubahan terjadi setelah era Akbar. Platform politik saudagar mulai muncul setelah Jusuf Kalla mengambilalih ketua umum.
“Dan hal itu semakin menjadi ketika saudagar asal Lampung, Aburizal Bakrie tahun 2009 berhasil menang dalam Munas Golkar Riau,” kata pengajar FISIP Unila itu.
Ia menjelaskan, Golkar pasca Akbar Tandjung memang mengalami perubahan paradigmatik, dari “rational-politics” menuju “high-cost politics”.
Jika ditilik lebih jauh, kader Golkar banyak yang berasal dari kalangan pengusaha dan kondisi di internal Golkar sendiri juga terjadi dalam konteks politik di tanah air. Uang dan modal menjadi faktor “survivalitas” politik yang seolah harus ada jika ingin terus berpolitik di Golkar.
Akibatnya, lanjut dia, ada kesan semua partai politik di Indonesia ibarat barang rental saja jauh dari kesan ideologis. Hal ini berbeda sekali dengan partai di Eropa misalkan, yang menjadikan platform ideologis sebagai batasan pembeda satu partai dengan partai lain, dan juga menjadi pembeda alasan pilihan bagi pemilih.
Lunturnya ideologi menjadi gejala buruknya perjalanan kepartaian di Indonesia. Dan hal ini juga menggejala di tubuh Partai Golkar, survivalitas partai ini akan sangat bergantung pada pilihan ketua umum pascamunaslub yang akan datang.
(Prw/Ant/Foto: Istimewa)