BEBERAPA hari ini dunia medsos dihebohkan dengan perdebatan yang bermula dari pidato Ahok berpakaian dinas diacara resmi di depan para birokrat dan rakyat DKI di Kepulauan Seribu dan direkam di video.
Perdebatan yang panas itu mengenai unsur penghinaan didalam pidato Ahok  yang dibela oleh para pendukung Ahok yang mengatakan bahwa  pidato itu bukan penghinaan, akhirnya melebar kepada perdebatan tentang surat Al Maidah ayat 51 dalam Alquran.
Sampai kepada berbagai versi tafsirnya bahkan sampai membahas asal usul turunnya ayat tersebut. Namun perdebatan di medsos tersebut tidak hanya berhenti disitu saja tetapi bahkan sudah ada yang akan melaporkan Ahok ke Bareskrim untuk pasal penistaan agama dan ada pula yang akan mengerahkan massa untuk demo.
Mungkin sejak kemerdekaan kita tidak pernah mempunyai Gubernur yang demikian kontroversial dalam berkata-kata yang bisa menyulut kerusuhan rasial bahkan dari sekian banyak propinsi di Indonesia.
Walaupun Ahok mempunyai prestasi yang bagus dalam pekerjaannya, namun dia tidak mempunyai hak untuk mengacak-acak emosi rakyat DKI yang bisa menjalar ke seluruh Indonesia.
Kerukunan beragama, kerukunan antar suku bangsa, antar ras, telah dibangun dengan susah payah karena memang banga kita sangat majemuk,kesenjangan ekonomi sangat tinggi, kesenjangan pendidikanpun sangat tinggi, banyak faktor yang bisa menimbulkan konflik, terutama masalah agama.
Dan apabila telah meletus menjadi konflik akan sangat sulit memadamkannya. Kita masih sangat ingat konflik yang terjadi di Ambon, Poso dan lain-lain yang sangat sulit untuk mengatasinya.
Jadi resiko kerusuhan SARA ini jauh lebih besar ancamannya, keburukannya, dibandingkan dengan prestasi Ahok. Saat ini bahkan belum masuk kepada masa kampanye Pilkada Gub DKI.
Masih masa pencalonan dan verifikasi calon termasuk soal kesehatannya. Biasanya bahkan dalam masa kampanyepun seorang calon kepala daerah akan berusaha untuk mearik simpati publik agar dapat menjaring pemilih sebanysk-banyaknya.
Namun Ahok bahkan mengumbar emosinya untuk menghina mereka yang menyerangnya dengan kritik bahkan dia tidak peduli apakah itu menghina agama lain atau tidak.
Kalau dia terpilih maka akan lebih congkak lagi, akan lebih merasa berkuasa, sedangkan pasti akan ada yang terus mengeritiknya, maka Ahok akan lebih mengumbar emosinya lagi untuk berkata-kata kasar menyakiti perasaan masyarakat, maka bisa saja menimbulkan kerusuhan sosial lagi di DKI dan menjalar ke daerah lain yang juga sensitif terhadap isu SARA.
Karena itu akan sangat bijak bagi masyarakat untuk tidak memilih Ahok sebagai Gubernur DKI, sementara itu bagi yang berwenang dalam penegakkan hukum yang telah menerima pengaduan penistaan agama agar segera memproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Oleh ‎Abdulrachim, Aktivis ‎77/78