ADA satu kegundahan yang sampe saat ini bikin saya tidak habis pikir. Soal pembelian lahan milik pemprov di Cengkareng Barat.
Dulu Wagub Djarot Saiful Hidajat sempat dikutip media. Dia bilang skandal lahan Cengkareng ini lebhi besar dari kasus RSSW. Berarti, Djarot tidak terlibat kasus ini. Dia ‘clean’ seperti bayi.
Sekarang, kasus ini lenyap. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tanda tangan disposisi pembelian. Seakan, kasus ini dipegang sebagai kartu truf untuk mengendalikan Ahok.
Di medsos, ramai gosip seputar kemungkinan skenario Ahok menang pilgub tapi lantas masuk bui. Sekali pun menang, bukan dia gubernurnya.
Dari hasil pilgub putaran 1, diketahui Ahok punya modal basis massa Tionghoa, Nasrani dan aliran sesat. Cukup signifikans dengan kalkulasi, 1 keluarga Tionghoa bisa seret 1 orang pribumi.
Di banyak kasus, bos kecil etnik Tionghoa bisa pengaruhi karyawannya coblos Ahok. Bahkan bisa jadi cinta mati. Belum lagi di pergaulan sosial.
Ada banyak sekali pribumi bersahabat dengan non pri. Paling bahaya di kampus. Mahasiswi non ‘chinese’ bisa ikut-ikutan berpikir Ahok itu bagus. Sebabnya, mayoritas mindset teman-teman ‘Chinese-nya say so’.
Plus, memang pada dasarnya pribumi itu baik. Tidak rasis. Double plus, rasa “ngga enak ati” yang jadi ciri khas orang Indonesia. Tionghoa WNI yang sudah bergenerasi hidup dan berinteraksi di sini, juga punya kesamaan psikologi “ngga enak ati” ini.
Beda dengan Hongkong Chinese atau singkek. Rata-rata, mereka ‘uneducated’ di soal tata krama klasik Tionghoa. Cenderung ‘westernised’. Sok kebarat-baratan. Mereka lebih kasar, egois, ‘tough’, dan sadis.
Karena teman-teman Tionghoanya pilih Ahok, si pribumi juga akan coblos Ahok. Toh ada stigma, siapa pun jadi gubernur ngga ngaruh buat dia. Yang digusur warga Kalijodo, Pasar Ikan atau Bukit Duri. Bukan ‘family’, kenal aja tidak dengannya.
Bila si pribumi ini tidak ikut-ikutan coblos Ahok, dia bisa dikecam sebagai rasis, anti cina, gak gaul, tertutup, pro ISIS, ‘go-block’ dan lain sebagainya.
Kalau sudah begini, Ahok memang punya manfaat sumbang suara. Sehingga dia harus kerja keras menangkan diri. Sesudah menang, masuk bui. Pasal penistaan agama lebih ringan daripada kasus tipikor.
Jadi mau tak mau, Ahok pilih masuk bui dengan pasal 156a dengan ‘bargain’ kerja keras menangkan pilgub. Sekali pun ditimpukin dan ditolak di mana-mana.
Ahoker yang berharap Ahok jadi gubernur tentu akan kecewa. Ternyata, suaranya diberikan untuk orang lain. Di situ kartu truf pembelian lahan milik sendiri jadi relevan.
Oleh Zeng Wei Jian, aktivis dari etnis Tionghoa