KedaiPena.Com – Belum lama ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bertandang ke Kepulauan Natuna. Ia berkunjung dengan Menko Polhukam Wiranto dan empat menteri lainnya.
Ryamizard mengatakan, kunjungan yang dia lakukan bukan yang pertama kali. Sebab, di tahun 2015, eks KSAD itu sempat mengunjungi daerah yang sama.
“Kita melihat bagaimana keadaan Kepulauan Natuna. Selama ini saya heran, kenapa heran? Kepulauan Natuna itu adalah pintu gerbang, tapi kok tidak ada yang jaga. Padahal kalau kita masuk perumahan saja, ada satpam yang jaga. Apalagi kalau di asrama tentara,” kata dia di Jakarta, Kamis (9/3).
Jadi, sambung putra Lampung itu, jangan heran kalau ada yang masuk untuk curi-curi ikan di sana. Karena tidak ada yang menjaga.
“Dari tahun 2015 itu saya berfikir agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. Saya lalu memulai merencanakan pertahanan luar kita,” Ryamizard menambahkan.
Untuk urusan pertahanan luar, di sektor udara, yang pertama kali harus dipunya, paling tidak pesawat tempur. Minimal 5 pesawat.
“Kenapa 5 cukup, karena kalau ada apa-apa, tidak sampai 1 jam yang dari Pontianak datang, yang dari Riau juga datang. Jadi untuk pertama kali, 5 pesawat cukup,” imbuh dia.
Lalu, yang juga harus dipikirkan adalah pembuatan hanggar, tempat pilot-pilot dan awak. Tidak kalah penting adalah landasannya.
“Landasan memang sudah ada, namun jelek sekali. Berkerikil. Kalau pesawat biasa, atau hercules bisa meniup landasan sehingga bersih. Tapi kalau pesawat tempur justru (kotoran yang ada di landasan) malah terhisap. Jika ada benda-benda kecil seperti kerikil tadi terhisap, bisa merusak mesin,” cerita menantu eks Wapres Try Sutrisno ini.
Makanya, RR, sapaannya, perlu landasan itu dilicinkan, sekaligus di lebarkan. Dari 35 menjadi 45 meter. Dan kalau dalam keadaan mendesak, dua pesawat sekaligus bisa terbang.
“Landasan yang kurang panjang, akan kita panjangkan lagi sekitar 60 meter,” tegas dia.
Kapal terbang, juga harus ada yang jaga. RR rencanakan, paling tidak ada 1 kompi yang berjaga.
“Sudah cukup landasan udara, lalu kemudian radar, dan drone. Itu untuk udara,” tandas Ryamizard.
Laporan: Anggita Ramadoni