KedaiPena.Com– Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah mengajak semua pihak dan segenap kekuatan bangsa bersama-sama mengikatkan tali gotong-royong. Selaras itu, kata Said, pemerintah juga harus mampu meningkatkan kepercayaan rakyat.
Demikian hal tersebut disampaikan Said menanggapi melemahnya nilai tukar rupiah dihadapan dolar Amerika Serikat atau AS saat ini. Teranyar, nilai tukar rupiah terhadap AS sampai menyentuh angka Rp 16.400.
“Kesampingkan terlebih dahulu kepentingan kepentingan sesaat, di antara para elit. Sebab jika keadaan ekonomi ini semakin memburuk, lagi-lagi yang akan menerima resiko paling awal adalah rakyat kita sendiri,” kata dia dikutip, Jumat, (21/6/2024).
Tak hanya itu, Said meminta,pemerintah dapat menjaga ucapan dan tindakan guna menghadapi situasi ekonomi tidak menentu. Said mendesak agar para pemimpin di tanah air dapat menjadi teladan dalam rangka pembangunan kepercayaan rakyat.
“Tragisnya, menghadapi situasi sulit, para pemimpin dan elit politik makin centang perenang,” beber Said.
Dalam kesempatan itu, Said mempertanyakan langkah pemerintah yang membukan keran impor sejumlah komoditas. Said mengakui, besarnya arus impor malah membuat arus USD semakin menjauh dari nilai tukar rupiah.
“Di saat yang sama, pemerintah malah membuka kran impor. Besarnya arus impor ini membuat arus USD makin pergi. Bukan hanya rupiah yang terpukul karena meluaskan kran impor, sejumlah industri dalam negeri seperti tekstil malah gulung tikar dan merumahkan karyawannya,” tegas Said.
Said mengakui, kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) perlahan lahan makin membaik sejak badai inflasi di tahun 2022 juga berdampak kepada pelemahan nilai tukar rupiah.
Pasalnya, lanjut Said, penguatan perekonomian AS ini membuat investor memilih meninggalkan Indonesia, akibatnya tiada pundi-pundi devisa baru.
Akibat situasi di atas, tahun lalu saja current account Indonesia defisit 1,6 USD Billion. Bahkan food trade deficit Indonesia pada tahun 2023 menyentuh 5,3 USD Billion, angka tertinggi selama republik ini berdiri.
“Hendaknya kita juga jangan terlena dengan data inflasi rendah di level 3 persen. Sebab inflasi rendah semata mata tidak bisa kita baca sebagai terkendalinya harga kebutuhan pokok rakyat. Jika disandingkan dengan sejumlah data lainnya seperti berlanjutnya keputusan sejumlah industri merumahkan karyawan, tingkat konsumsi rumah tangga pada tahun 2023 dan berjalan 2024 tidak setinggi tahun 2022,” tegas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Survei tingkat penjualan eceran jenis sandang oleh BI sejak pandemi di tahun 2020 sampai sekarang belum pulih masih di level 51,8 – 57, sedangkan periode sebelum pandemi di kisaran 150 – 240. Data ini memperlihatkan, daya beli rakyat sedang tidak baik-baik saja.
“Menghadapi situasi ini, kita sebagai bangsa harus bersatu. Keadaan ke depan yang kita akan hadapi tidak akan mudah. Hampir dipastikan The Fed masih akan bertahan di suku bunga tinggi, dan ketidakmenentuan geopolitik global, yang akan mendorong kebijakan restriktif oleh masing masing negara, demi mengamankan kepentingan nasional mereka masing masing,” tandas wakil rakyat asal Madura ini.
Laporan: Tim Kedai Pena