KedaiPena.Com – Rupiah terus merosot karena hanya mengandalkan kebijakan moneter. Tidak ada terobosan di sektor riil dan tidak ada kebijakan pengelolaan utang yang inovatif dan mengandalkan kenaikan suku bunga terus akan menambah masalah baru.
“Sementara kenaikan suku bunga akan menambah permasalahan baru. Apalagi kalau akhirnya total kenaikan bunga setahun bisa 3-4%, dicicil-cicil atau sekaligus tahun 2018,” kata begawan ekonomi Rizal Ramli di Jakarta, ditulis Rabu (4/7/2018).
Kondisi demikian, sambung Rizal, akan membuat pertumbuhan ekonomi akan tambah nyungsep ke bawah 4,5%. Pertumbuhan kredit akan anjlok di bawah 8%, kredit macet dan ‘default’ akan meningkat, daya beli tambah merosot.
“Mas Jokowi sangat bagus sekali soal infrastruktur, tapi payah berat dalam pengelolaan makro-ekonomi. Ekonomi bukannya ‘meroket’ tapi ‘nyungsep’, maaf,” sambung RR.
“Mohon maaf Mas Jokowi, tim ekonomi Mas ternyata benar-benar tidak mampu menyelesaikan masalah, bahkan mereka bagian dari masalah. Persoalan utama mereka adalah ‘school of thinking’ & kompetensi, leadership yang payah. Hati-hati, kami ingin Mas Jokowi bertahan sampai 2019,” sambungnya.
Sebelumnya, pasca dibuka melemah 0,15%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus meluncur turun. Hingga saat ini diturunkan, IHSG sudah anjlok 1,66% ke level 5.651,57.
Pelemahan rupiah menjadi momok utama anjloknya bursa saham domestik. Kini, rupiah diperdagangkan melemah 0,37% di pasar spot ke level Rp 14.428/dolar AS. Kenaikan suku bunga acuan sebesar 50bps yang diumumkan Bank Indonesia (BI) pada hari Jumat (29/6/2018) masih belum juga ampuh untuk meredam pelemahan nilai tukar.
Akibat pelemahan nilai tukar, saham-saham emiten perbankan dilepas oleh investor; sektor jasa keuangan anjlok hingga 1,44%, menjadikannya kontributor terbesar bagi pelemahan IHSG.
Saham-saham emiten perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-3,55%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-2,46%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,92%), PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (-1,6%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,05%).
Ketika rupiah melemah, sektor perbankan memang menjadi sangat rentan, seiring dengan naiknya risiko gagal bayar oleh kreditur yang akan berujung pada kenaikan rasio kredit bermasalah/non-performing loan (NPL).
Masih teringat di pikiran kita bagaimana profitabilitas dari emiten-emiten bank BUKU IV terhantam pada tahun 2015 silam, ketika rupiah terdepresiasi hingga melebihi level Rp 14.600/dolar AS.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas