KedaiPena.Com - Secara umum fundamen ekonomi Indonesia saat ini sedang bagus. Namun demikian, karena kondisi sentimen yang berasal dari Amerika Serikat (AS), telah membuat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.
Demikian dikatakan Rektor Perbanas Institute Prof Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo saat ditanyai perlihal kondisi ekonomi Indonesia di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Diketahui, nilai tukar rupiah merosot hingga level Rp13.748 per dolar AS. Walaupun sempat menguat tipis ke level Rp13.746, tapi garis psikologi Rp13.800 sudah mulai membayangi.
Pelemahan rupiah belakangan ini sendiri lebih dikarenakan sentimen yang berasal dari AS. Salah satunya, ialah soal pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang mengindikasikan bakal adanya kenaikan suku bunga acuan The Fed.
Pernyataan itu memengaruhi persepsi pelaku pasar AS yang selama ini menempatkan dananya di berbagai negara termasuk di Indonesia, akhirnya menarik dana tersebut.
“Sekarang fondasi (ekonomi) kita sudah bagus. Namun, terguncang karena belum kuat. Meskipun, Indonesia mendapatkan peringkat investasi yang bagus beberapa waktu lalu, namun karena kasus ini aliran investasi juga bisa akan berkurang,” ungkap Marsudi saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Kamis (8/3/2018).
Marsudi pun menilai, bahwa melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini lantaran juga disebabkan ketergantungan Indonesia terhadap dolar. Oleh sebab itu, Marsudi menyarankan, agar pemerintah memiliki alternatif lain untuk menjadikan mata acuan selain dolar.
“Jadi sekali pun situasi Amerika Serikat goyang ada alternatif. Dan itu caranya harus dengan memiliki lebih dari satu mata uang. Jadi harusnya ada beberapa acuan mata uang negara dijadikan sehingga tergabung dalam keranjang,” ujar dia.
Kendati demikian, Marsudi mengapresiasi, keberanian Presiden Jokowi yang secara perlahan mulai melepaskan diri dari cengkraman Amerika Serikat.
Marsudi mengatakan langkah Jokowi untuk menginisiasi kerja sama dengan negara-negara seperti Cina dan Timur Tengah patut diapresiasi. Meskipun, belum terlalu kuat dan matang hingga saat ini.
“Tapi, yang terpenting sekarang ini kita (Indonesia) tidak terlalu banyak ke Amerika Serikat. Hal itu sendiri terbukti dari banyak masuknya investasi dari negara lain,” tandas Marsudi.
Laporan: Muhammad Hafidh