KedaiPena.Com– Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Ahmad Najib Qodratullah menegaskan pentingnya kesadaran bersama untuk menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat atau AS.
Hal tersebut disampaikan Najib menanggapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini. Rupiah sendiri sempat menyentuh Rp16.412 per dolar AS pada Jumat,(14/6/2024).
“Ini harus menjadi kesadaran bersama,” tegas Najib di Jakarta, Rabu,(19/6/2024).
Najib menegaskan, kesadaran bersama yang dimaksud ialah bauran kebijakan pemerintah dan kesadaran masyarakat menjaga stabilitas menjadi kunci untuk menghadapi pelemahan rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini.
“Instrumen Bank Indonesia (BI) harus bekerja optimal kemudian pemerintah antisipasi rantai pasokan pangan dan komoditas strategis,” papar Najib.
“Dan masyarakat tidak panik lalu juga pengamat untuk menahan pendapat yang dapat menyebabkan kegelisahan di pasar,” lanjut Najib.
Lebih lanjut, Najib mengakui, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sangat tergantung dari beberapa faktor. Pertama, kata Najib, ialah dampak dari kebijakan moneter di Amerika Serikat atau AS.
“Dampak kebijakan moneter AS dimana kebijakan suku bunga AS yang cenderung mempertahankan suku bunga membuat arus masuk terhadap dolar,” papar Najib.
Selain itu, kata Najib, hal lain yang sangat mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ialah kondisi ekonomi global.
Menurut Najib, ketidakpastian ekonomi global terutama ketegangan geopolitik Timur Tengah dan dinamika ekonomi negara maju turut berkontribusi pada penguatan dolar AS.
“Ketidakpastian ekonomi global, terutama ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan dinamika ekonomi negara maju seperti Jepang dan Tiongkok, turut berkontribusi pada penguatan dolar AS,” tegas Najib.
Karena hal itu, Najib memandang, bahwa investor global cenderung mencari aset yang lebih aman seperti dolar AS dan emas.
Sehingga, tegas Ketua DPP Partai Amanat Nasional atau PAN ini, terjadi pelarian modal dari negara berkembang, termasuk Indonesia hingga melemahkan nilai tukar rupiah.
“Investor global cenderung mencari aset yang lebih aman seperti dolar AS dan emas, sehingga terjadi pelarian modal dari negara berkembang, termasuk Indonesia, yang melemahkan nilai tukar rupiah,” beber Najib.
Najib tak menampik, kebijakan domestik di Indonesia juga sangat turut mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Najib menerangkan, faktor defisit APBN dan pembayaran bunga utang yang lebih tinggi juga mempengaruhi nilai tukar rupiah.
“Di dalam negeri, faktor-faktor seperti defisit APBN yang meningkat serta pembayaran bunga utang yang lebih tinggi juga mempengaruhi nilai tukar rupiah,” ungkap Najib.
“Pemerintah Indonesia memperkirakan defisit APBN pada 2025 akan lebih besar dibandingkan target 2024, yang memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah,” demikian Najib.
Laporan: Muhammad Hafid