KedaiPena.Com – Bisa saja penerimaan pajak turun pada tahun 2020. Kemudian pengeluaran membengkak untuk menangani virus Corona. Sehingga dibutuhkan pemasukan lain untuk mendongkrak pemasukan negara.
Ekonom senior Rizal Ramli menegaskan, kepanikan rezim atas kondisi keuangan negara sejatinya dimulai sebelum Oktober 2020.
“Sudah panik, sudah timpa kiri dan timpa kanan. Apa yang bisa ‘diembat’ ya ‘diembat’ istilahnya,” ujar Rizal di Jakarta, ditulis Senin (8/3/2021).
“Misalnya ada uang wakaf ya diembat, dana haji diembat, termasuk juga majakin rakyat kecil. Pengguna token atau pulsa dan kebanyakan yang menggunakan ini golongan menengah ke bawah juga dipajakin,” lanjut RR, sapaan Rizal Ramli.
Tapi, sambung eks Tim Panel Ekonomi PBB ini, di sisi lain pajak untuk orang besar dan kaya dikurangi. Contohnya pajak untuk membeli obligasi, dikurangi total Rp9,3 triliun. Pajak untuk eksporbatu bara bukan dikenai royalti tapi malah dikurangi sampai 0 persen. Dan yang ketiga, mobil-mobil pajaknya dikurangi sampai 0 persen.
“Jadi ini betul-betul kontradiksi, di satu segi, pajak untuk yang kaya dan yang asing-asing dikurangi, dikasih bebas pajak 20 tahun. Tetapi untuk yang kecil-kecil malah diuber-uber atau di ada-adain. Akibatnya penerimaan pajaknya drop banyak sekali karena yang gede-gede dikurangi sementara yang kecil-kecil ini ya paling 5 persen dapatnya,” beber RR.
Akibatnya anggaran negara makin lama makin bolong. Pilihannya, yang kesatu, memaksa Bank Indonesia mencetak uang lebih banyak. Dan yang kedua memikirkan sektor lain yang bisa dieksploitasi.
“Apalagi nih yang bisa si embat, ya mungkin ada yang usul investasi miras. Tapi karena isu miras ini sangat kuat, ya akhirnya dibiarkan saja. Karena ketika membicarakan miras, kalian nanti lupa pencurian bansos, korupsi yang gede dan lain sebagainya. Asik saja terus ngomongin yang begini begitu,” Rizal menyindir.
“Sama seperti kasus radikal, sengaja dipompa terus, sehingga pemerintah yang tidak mampu berprestasi secara ekonomi nyungsep, demokrasi semakin otoriter, korupsi semakin besar, orang tidak fokus. Jadi kita juga jangan lupa, jangan terlalu ‘selow’ ngomongin ini itu,” tandas Rizal.
Laporan: Muhammad Lutfi