KedaiPena.Com – Sebelum Covid-19 melanda pada awal tahun 2020, ekonomi Indonesia sudah menunjukan pelambatan. Kemerosotan di bidang ekonomi makro, dengan adanya Covid-19,
membuat ekonomi Indoneaia menjadi lebih parah lagi.
Demikian disampaikan begawan ekonomi kerakyatan, Rizal Ramli di Jakarta, Kamis (25/12/2020).
Dia pun memprediksi, awal tahun depan, yakni semester satu 2021, Indonesia akan mengalami kesulitan keuangan. Dan dampak krisis multidimensi ini akan lebih gawat dibandingkan dengan tahun 1998.
“Tahun 98 krisis moneter, krisis karena kebanyakan utang. Tetapi rakyat yang di luar Jawa malah senang karena petani karet, sawit, cokelat yang tadinya dapat 1 dolar Rp3000 menjadi Rp15.000. Sehingga mereka yang di luar Jawa makin makmur pada krisis di 1998,” ujar dia.
Sementara, saat ini harga komoditi sedang tidak bagus. Jadi kesulitan di Jawa dan di luar Jawa itu nyaris sama. Sebagai contoh sederhana, 70 persen mahasiswa di Indonesia tidak mampu bayar uang kuliah.
“Saya merasa aneh kok masalah gini saja pemerintah tidak bisa selesaikan,” lanjut eka
Salah satu faktor yang juga membuat krisis kali ini jauh lebih gawat dari 98, lanjut RR, sapaannya, adalah karena faktor kebanyakan utang. Di mana untuk bayar bunga utang, maka harus meminjam utang baru.
“Tahun depan, bunganya sekitar Rp345 triliun. Dan untuk bisa bayar bunga itu, kita harus berutang lagi,” lanjut Rizal.
Yang juga tidak banyak diperhatikan adalah, pada bulan September pertumbuhan kredit itu negatif. Hal itu belum pernah terjadi sejak 98. Biasanya pertumbuhan kredit itu sekitar 15-18 persen kalau ekonominya 6 persen.
“Ini dari Januari sampai September 2020, pertumbuhan kredit 3% dan bahkan pada September itu negatif,” Rizal menjelaskan.
Artinya uang yang ada di rakyat disedot untuk bayar utang melalui mekanisme membeli surat utang negara (SUN) dan sebagainya.
“Nah inilah yang memukul daya beli rakyat biasa. Karena kalau tambahan kreditnya 10 persen, itu masih banyak uang yang beredar. Ekonomi masih hidup dan rakyat ada pendapatan. Saat ini, selain karena Covid-19, rakyat itu tidak ada kerjaan,” kata Rizal lagi.
Rizal sedih sekali, saat dirinya mendengar ada ibu yang saking putus asa, tiga anaknya digorok. Sebab, dia tidak mampu memberi makan anak-anaknya. Dan dia sendiri bunuh diri.
“Tragedi ini makin akan terjadi pada semester satu tahun depan, dan pemerintah tak punya kemampuan menyelesaikan masalah atau mengurangi beban masalah ini,” tandas eks Tim Panel Ekonomi PBB ini.
Laporan: Muhammad Lutfi