KedaiPena.Com – Tokoh Nasional Rizal Ramli angkat jempol terhadap sikap Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyesalkan terbitnya telegram Polri.
Salah satu poin yang menjadi sorotan SBY adalah terkait penindakan hukum penghina presiden dan pejabat negara dalam situasi wabah virus corona (Covid-19).
“Salut Mas SBY. Kita dulu sama-sama memperjuangkan transisi dari sistim otoriter ke demokrasi. ‘Piye toh‘ kok mau balik kembali ke sistim otoriter. Jarum sudah berputar, kok mau balik lagi?,” kata Rizal dalam kicauannya di Twitter, Kamis (9/4/2020).
Rizal pun mengendus sikap Jokowi ini didasari karena mantan Gubernur Jakarta tersebut tidak pernah berjuang utk demokrasi. Atau karena di sekitar Jokowi diisi banyak jenderal otoriter yang mulai ‘sak enak dewe?’.
“Lupa sejarah dan lupa pengorbanan mahasiswa dan kawan-kawan pro-demokrasi, dan impian rakyat akan kehidupan yang lebih baik?,” kecewa Rizal.
Ia pun membandingkan kritik yang diterima oleh Presiden ketiga BJ Habibie dan Presiden keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
“Kritik, baik yang faktual, yang ngasal & hinaan yang bersifat fisik, bullying terhadap Presiden Habibie dan Presiden Gus Dur luar biasa brutal, vulgar dan masif. Tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan era Jokowi. Tapi Habibie tetap fokus, dan Gus Dur cuek abis “emang gue pikiran”, ndak pakai asal nangkap,” lanjut Rizal.
Cuitan RR mengundang reaksi dunia maya. Akun @sibernyil lantas mengatakan, hal tersebut sangat berbalik dengan prestasi ekonomi Habibie dan Gus Dur.
“Ironisnya, Habibie dan Gusdur, biar di-bully habis-habisan, kinerja ekonominya makin mentereng,” ‘tweet‘ dia.
Akun @inderiri pun membandingkan dengan ‘bully’ yang diterima Presiden keenam SBY.
“Pak Beye dong sampai dibawain kerbau, fotonya ditempel di dekat anu, fotonya dibakar,” kicaunya.
Sebelumnya, SBY menyatakan poin dalam telegram Polri yang salah satunya terkait penindakan hukum penghina presiden dan pejabat negara dalam situasi wabah virus corona (Covid-19), memicu persoalan baru.
“Saya perhatikan beberapa hari terakhir ini justru ada situasi yang tak sepatutnya terjadi. Apa itu? Kembali terjadi ketegangan antara elemen masyarakat dengan para pejabat pemerintah, bahkan disertai dengan ancaman untuk “mempolisikan” warga kita yang salah bicara. Khususnya yang dianggap melakukan penghinaan kepada Presiden dan para pejabat negara,” ujar SBY dalam tulisan artikelnya yang diunggah ke akun Facebook.
“Mumpung ketegangan ini belum meningkat, dengan segala kerendahan hati saya bermohon agar masalah tersebut dapat ditangani dengan tepat dan bijak,” imbuhnya.
Alih-alih mendukung rencana polisi tersebut, SBY justru meminta agar semua pihak fokus menangani pandemi Covid-19 di Indonesia yang belum berakhir.
Laporan: Muhammad Lutfi