KedaiPena.Com – Kebijakan pembatasan impor barang konsumsi saat ini tidak efektif karena nilainya yang kecil dan tidak signifikan terhadap keseluruhan impor Indonesia.
Pemerintah dituding tidak berani “menyentuh” pemain-pemain impor besar dalam rangka menekan angka pertumbuhan impor yang membuat neraca perdagangan defisit.
Hal itu disampaikan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli kepada KedaiPena.Com di Jakarta,Kamis (27/9/2018).
“(Importir) elektronik, baja, mobil, chemical, itu kan gede-gede dan punya pengaruh. Pemerintah enggak berani menghadapi yang gede, sedangkan yang kecil tenang saja. Pemerintah terjerat dengan berbagai kepentingan,” beber RR, sapaan Rizal Ramli.
Rizal melanjutkan, Pemerintah telah menerapkan tarif baru Pajak Penghasilan (PPh) Impor dalam rangka menekan pertumbuhan impor yang melebihi ekspor. Tarif PPh Impor itu dikenakan untuk 1.147 komoditas impor barang konsumsi.
“Sementara porsi barang konsumsi dalam total impor Indonesia adalah yang paling kecil ketimbang impor bahan baku serta barang modal,” sambungnya.
Eks penasehat ekonomi PBB itu menghitung, nilai dari 1.147 komoditas impor barang konsumsi yang dikenakan kenaikan tarif PPh Impor sekitar 5 miliar dollar AS. Dengan menerapkan kebijakan tersebut, potensi pengurangan impor bisa mencapai 500 juta dollar AS.
“Jika pembatasan impor menyasar komoditas yang nilainya lebih besar, seperti baja dan turunannya, bisa menekan impor hingga 5 miliar dollar AS dari total impor baja secara keseluruhan sebesar 10 miliar dollar AS,” lanjut dia.
Di sisi lain, pabrik baja Indonesia kesulitan karena ada baja impor dari China yang mengalami kelebihan kapasitas dan dijual dengan harga murah, membuat pengusaha dalam negeri sulit bersaing.
“Banyak contoh-contoh asal pemerintahnya cerdas dan tidak telmi (telat mikir), fokus di 10 impor paling besar. Dengan begitu, obatnya cukup kuat untuk menstabilkan rupiah,” tandas Rizal.
Laporan: Ranny Supusepa