KedaiPena.Com- Akademisi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun menyoroti beberapa tokoh yang merespon permintaan Presiden Jokowi yang meminta kritik dari masyarakat.
Diketahui, Ekonom senior, Kwik Kian Gie mengaku terang-terangan takut mengkritik lantaran keberadaan buzzer. Belum lagi, mantan menteri Jokowi, Susi Pudjiastuti dan Rizal Ramli (RR) harus mendapatkan perundungan dari buzzer usai mengkritik.
Tidak hanya itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang bertanya cara kritik yang tidak dipolisikan, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyatakan pujian ibarat gula kalau kebanyakan bikin sakit.
“Apa yang dialami tokoh dan para ilmuwan yang dibully bahkan tidak sedikit aktivis yang kritis terhadap pemerintah kemudian dipenjara adalah fakta yang membuat indeks demokrasi Indonesia turun drastis,” ujar Ubedilah,ditulis Senin, (15/2/2021).
Seperti dikutip dari RMOL.ID, Ubed begitu ia disapa menilai, jika Jokowi adalah aktor utama yang memberi kontribusi sangat besar terhadap indeks demokrasi Indonesia terpuruk sepanjang 14 tahun terakhir.
Tidak hanya itu, lanjut Ubed, Jokowi tidak mampu membawa Indonesia menjadi negara demokrasi yang berkualitas.
Hal tersebut, masih kata Ubedilah, yang menyebabkan tokoh-tokoh penting Indonesia yang memiliki kepedulian kuat pada demokrasi sangat resah dengan kondisi saat ini.
“Hal itu terlihat dari sejumlah pernyataan penting dari ekonom terkemuka seperti Rizal Ramli, Kwik Kian Gie, bahkan dari mantan Menteri seperti Susi Pujiastuti, mantan Wapres JK dan mantan Presiden SBY,” jelas Ubedilah.
Dengan demikian, kata Ubedilah, atas kondisi demokrasi Indonesia saat ini, akan mempersulit pemulihan ekonomi karena citra demokrasi buruk di mata Internasional.
Apalagi, tegas Ubed, citra penanganan Covid-19 yang juga buruk.
“Mereka resah tidak hanya karena Jokowi makin antikritik. Tetapi lebih dari itu karena Jokowi telah menjerumuskan demokrasi Indonesia berada pada titik terendah selama 14 tahun terakhir,” pungkas Ubed.
Laporan: Muhammad Lutfi